Sedekah Serabi Empat Lawang Sita Perhatian Pengunjung PASS

Berita Utama1900 Dilihat

Palembang, Sumselpost.co.id – Meski ditampilkan secara sederhana, namun pergelaran adat Sedekah Serabi Empatlawang di kegiatan Pekan Adat Sumatera Selatan (PASS) pada sore hari ke-2 (4/5) cukup menyita perhatian para tamu yang hadir.

Betapa tidak, pergelaran sedekah serabi yang dipandu oleh Vebri Al Lintani, budayawan Sumsel berdarah Empatlawang sekaligus penulis buku Sedekah Serabi ini menampilkan ritual dengan serabi sebagi makanan pokoknya. Selain itu, ada juga makanan khas Empatlawang yang lainnya, diantaranya kecepol, gunjing, dan kelicuk.

“Sedekah serabi adalah adat khas Empatlawang yang digunakan oleh masyarakat untuk memasang atau membayar nazar atau niat. Misalnya jika seseorang ada satu niat untuk sedekah serabi jika niatnya terkabul, maka dia akan membayarnya. Jika tidak, akan menjadi ganjalan, seolah-olah dia merasa berhutang terus’, kata Vebri.

Istimewanya kegiatan ini dihadiri juga oleh ibu isteri Bupati Empatlawang Hj. Happy Sapriani, para sesepuh yang juga pembina adat Empatlawang, diantaranya, Prof Aflatun Muchtar (ketua MUI Sumsel), H. Abdul Shobur (Ketua Ikatan Keluarga Empatlawang, Amirul Husni , dan Rusdi.
Setelah prosesi sedekah serabi yang melibatkan hampir seluruh pengunjung untuk menyaksikan dan menyantap hidangan yang disediakan oleh Disdikbud Empatlawang, dilanjutkan dengan bincang Adat.

Baca Juga  PCM Seberang Ulu 1 Adakan Pembinaan Kepada Guru SD Muhammadiyah 02 Palembang

Dalam bincang adat yang dimoderatpri oleh Surono, tampil sebagai narasumber adalah Jhon Heri selaku Kepala Dinas Dikbud Empatlawang, Vebri Al Lintani selaku budayawan dan Sulton selaku Ketua lembaga Adat Empatlawang.

Menurut Vebri yang berasal dari Desa Simpangperigi ini, sedekah serabi ada dua macam, yakni sedekah serabi petunggu untuk pengobatan dan sedekah serabi untuk nazar.

“Sedekah serabi petunggu sudah sangat jarang dikerjakan oeh masyarakat, karena terkait dengan keercayaan puyang. Namun sedekah serabi untuk membayar niat seperti yang kita laksanakan hari ini, masih cukup sering dihelat oleh masyarakat.

Sepengetahuan tradisi ini hanya dilakukan oleh masyarakarat Empatlawang. Mungkin di tempat lain ada, namun tidak semasif di Empatawang’, ujar Vebri.

Baca Juga  Sigap Menolong Ibu Hendak Melahirkan di Jalan, Personel PJR Polda Sumsel Tuai Pujian

Ditambahkan Vebri, pada tahun 2019, sedekah serabi telah menjadi program khusus kabupaten Empatlawang dalam festival sedekah serabi.

“Salah satu langkah pelestarian, Pemkab Empatlawang telah membuat Festival Sedekah Serabi yang dimeriahkan dengan kegiatan seni tradisi seperti dikir, jidur, kuntao dan rejung pada 2019. Sayangnya, ditahun berikut kita dilanda wabah Covid 19.

Saya berharap, semoga program baik itu dapat dilanjutkan sehingga sedekah serabi dapat menjadi ikon budaya dan wisata Empatlawang”, seru Vebri bersemangat.

Sementara itu, Jhon Heri, menyatakan, bahwa sedekah serabi tak dapat dipisahkan dalam kehidupan masyarakat Empatlawang.

“Saya sendiri mengalami, sebelum lulus sekolah, orangtua saya mengadakan sedekah serabi, begitu juga ketika saya lulus sekolah”, kata Jhon Heri.

Kita bersyukur, tambah Kepala Dinas yang berasal dari Desa Tanggoraso ini, Sedekah Serabi sudah diakui sebagai Warisan Budaya Takbenda Indonesia (WBTb) Indonesia tahun 2021. Artinya, tinggal bagaimana kita menjaga, memelihara dan memajukannya.

Baca Juga  Karo SDM Polda Sumsel : Polri Memberi Kesempatan Putra/Putri Terbaik Sumsel Untuk Menjadi Anggota Polri

“Selaku Kepala Dinas tentu kami akan memrioritaskan sedekah serabi dalam program pelestarian kebudayaan Empatlawang. Kami pun sudah berusaha agar kearifan lokal dapat diajarkan di sekolah melalui kurikulum merdeka”, kata Jhon Heri.

Disamping itu, Sulton selaku Ketua Lembaga Adat, menyatakan masyarakat Empatlawang patut berbangga karena memiliki kearifan lokal yang luhur seperti sedekah serabi.

“Sedekah serabi adalah kearifan lokal yang dibuat oeh para puyang. kearifan yang selalu mengajak kita untuk selalu bersyukur dan mengingat yang Maha Kuasa,” ujar mang Sulton.

Selaku ketua adat, Sulton telah membuat program-progra pelestarian adat dan seni budaya.

“Kami sudah mencoba menggerakkan program pelestarian adat sedekah serabi dan kesenian seperti dikir, jidur dan tradisi lisan di beberapa dusun di Empatlawang”, pungkas Sulton. (val)

Postingan Terkait

Postingan Terkait

Komentar