Memasuki Abad Kedua Kiai Sepuh: Harus Ikhlas, Kompak, Jadi Juru Damai Dunia

Nasional1094 Dilihat

JOMBANG,SumselPost.co.id – Gelaran Tasyakuran 1 Abad NU dan Doa untuk Muassis-Masyayikh Nahdlatul Ulama di Pondok Pesantren Tebuireng Jombang, Jawa Timur, pada Kamis malam hingga Jumat (17/2/2023) dini hari. Salah satu yang bisa dirangkum dari agenda nasional tersebut adalah pesan dan harapan para kiai sepuh yang hadir kepada NU di usianya yang ke-100 tahun ini.

Mustasyar PBNU KH Nurul Huda Djazuli dalam kesempatan tersebut mengimbau warga dan pengurus NU senantiasa menjaga keikhlasan dan persatuan di internal organisasi. Menurutnya, inilah yang akan menguatkan jam’iyah dalam menghadapi berbagai tantangan ke depan.

“NU itu harus kompak. Siapa pun yang khidmah dengan NU, jangan sekali-kali (konflik gara-gara) rebut jabatan, rebut kekuasaan,” kata pengasuh Pesantren Al-Falah Ploso Kediri ini.

Kiai Nurul Huda yang datang bersama putranya, KH Abdurrahman al-Kautsar (Gus Kautsar) itu juga mengingatkan, mendekati pemilu, para kiai biasanya akan kedatangan tamu “bermacam-macam.” Karena itu, kekompakan adalah modal dasar untuk tetap tak tergoyahkan. “Jangan sampai NU pecah,” pesannya.

Baca Juga  FPKS Optimis Prabowo Mampu Bawa Indonesia Menjadi Negara Kuat dan Berdaya Saing

Peran Internasional

Sementara itu, Rais Syuriyah PBNU KH Ahmad Haris Shodaqoh mengingatkan peran global NU untuk menjadi juru damai sebagai cerminan dari misi kasih sayang universal Islam, rahmatan lil ‘alamin (rahmat bagi semua).

Namun demikian, NU mesti tetap konsisten pada prinsip-prinsip yang telah dicanangkan para pendirinya baik dalam hal akidah, syariah, maupun akhlak.

“NU harus mampu menjaga hal-hal lama yang baik, dan mengambil hal-hal baru yang lebih baik, al-muhafadhah ‘alal qadimish shalih wal akhdzu bil jadidil ashlah, tanpa keluar dari ajaran salafus shalih,” tutur Wakil Rais ‘Aam PBNU KH Anwar Iskandar yang memandu acara itu menyimpulkan.

Sebelumnya, Kiai Anwar juga menyampaikan sejumlah capaian fenomenal, yakni Muktamar Internasional Fikih Peradaban I sebagai kelanjutan dari G20 Religion Forum atau R20 yang juga diinisiasi NU. Salah satu butir deklarasi dari pertemuan ulama dunia itu adalah memberi legitimasi kepada Piagam PBB dan PBB itu sendiri sebagai institusi multilateral yang sah dari kacamata syariat.

Baca Juga  Ngopi Bareng Barista dan Petani, Puan Dukung Brand Temanggung Makin Go Internasional

“NU telah mendeklarasikan sebuah cita-cita besar bahwa kita ingin jadi pelopor dalam rangka menyelesaikan masalah-masalah dunia,” katanya.

Peran tersebut, menurut Kiai Anwar, adalah usaha NU dalam menerjemahkan prinsip ukhuwah islamiyah (persaudaraan Islam), ukhuwah wathaniyah (persaudaraan kebangsaan), dan ukhuwah basyariyah) persaudaraan kemanusiaan) yang sudah dicanangkan KH Achmad Siddiq, Rais ‘Aam PBNU (1984-1991). Trilogi ukhuwah itu telah dielaborasi secara pemikiran oleh KH Abdurrahman Wahid lalu diwujudkan dalam program-program oleh kepengurusan PBNU pimpinan Gus Yahya, era sekarang.

Hadir dalam forum itu Rais ‘Aam PBNU KH Miftachul Akhyar beserta Ketua Umum PBNU KH Yahya Cholil Staquf dan segenap pegurus harian PBNU lainnya. Sebelumnya, para kiai sepuh NU dari berbagai daerah di Indonesia menggelar tahlil dan istigasah di area makam Pesantren Tebuireng, Jombang, Jawa Timur, pada Kamis ba’da isya’ (16/2/2023).

Baca Juga  Ketua DPD RI Sebut Perlunya Segera Dibuat Regulasi Penggunaan Artificial Intelligence

Ketua PBNU yang juga juru bicara tasyakuran ini, Alissa Qotrunnada Munawaroh menyebut acara ini sebagai malam spiritualitas yang dihadiri para kiai yang mayoritas dari jajaran mustasyar dan syuriyah dari pusat dan se-Pulau Jawa.

“Gus, mbak, mas semua. Terimakasih atas dedikasi, kerja keras dan kerja samanya. Semoga kita mendapat barokah muassis NU melalui khidmah kita beberapa hari ini. Saya senang, rangkaian Harlah 1 Abad NU yang megah, kita akhiri dengan hikmat dan syahdu di makam muassis NU. Semua tak lepas dari khidmah teman-teman semua,” kata Ning Alissa mengapresiasi panitia.(MA)

Komentar