Palembang, Sumselpost.co.id – Sepuluh tahun yang lalu ketika Rizky baru lulus SMA. Ia naik perahu ketek dari pasar 16 ilir menuju dermaga 10 ulu, di perahu ketek tersebut penumpangnya hanya ia dan seorang cewek manis.
Ketika perahu ketek itu melaju ke tengah tiba tiba ada ombak besar datang dari samping kanan perahu ketek itu bergoyang goyang sangat kuat sehingga cewek itu ketakutan dan sambil memegang erat tangan Rizky. Ombak datang silih berganti cewek itu semangkin kuat memegang tangannya.
Tak berapa lama ombak pun berlalu, cewek itu masih memegang tangan Rizky, tapi perlahan lahan dilepaskannya dengan mengangguk malu dan minta maaf, Rizky pun mengangguk sambil tersenyum.
Rizky memberanikan diri bertanya, “Boleh kenalan dak?” Cewek itu mengangguk sambil menjawab, “Boleh…” Rizky mengulurkan tangannya sambil berucap, “Rizky Darmawan” cewek itu melongo heran sambil tersenyum menjawab, “Rizky Wulan” keduanya tertawa ceria karena nama mereka sama.
Tanpa terasa perahu ketek akan segera merapat ke dermaga 10 ulu, mereka pun berpisah dengan membawa kebahagian yang melekat di hati masing masing. Setelah berpisah, baik Rizky Darmawan maupun Rizky Wulan, sangat menyesal karena tidak menanyakan alamat rumahnya masing masing.
Kenangan sepuluh tahun yang lalu itu kini datang lagi, ketika Rizky Darmawan berlibur di kota Bogor. Ia berjumpa dengan cewek di perahu ketek sepuluh tahun yang lalu. Ia masih ingat ada tahi lalat di pipi sebelah kiri dan senyumnya yang manis itu, pasti dia Rizky Wulan dalam hatinya.
Tapi Rizky Darmawan agak sedikit kecewa, karena dia menuntun seorang anak umurnya sekitar dua tahun. Lama mereka berpandangan dan sama sama tersenyum. Keduanya secara bersamaan berucap, “Rizky ya…” dan mereka tertawa ceria.
Rizky Darmawan bertanya, “Anaknya ya, mana papanya?” Agak lama Rizky Wulan menjawab sambil menarik nafas dalam, “Ya ini anak saya, papanya sudah satu tahun meninggal dunia karena kecelakaan.” Rizky Darmawan cepat cepat minta maaf, “Maafkan aku, turut berduka atas meninggalnya suamimu.”
Keduanya saling bertanya tentang dirinya masing masing. Rizky Wulan bertanya, “Kamu kok sendirian mana istri dan anakmu?” Rizky Darmawan agak kemaluan menjawab, “Saya masih sendiri.”
Rupanya Rizky Wulan tinggal di kota Bogor di kompleks Bogor Baru. Rizky Darmawan diajak ke rumahnya. Sebuah rumah yang besar peninggalan almarhum suaminya.
Sebetulnya Rizky Darmawan dalam waktu dekat pekerjaannya sebagai karyawan PLN di kota Prabumulih akan dipindahkan ke kota Bogor. Oleh karena itulah ia berangkat ke kota Bogor untuk mencari tempat kontrakan. Rupanya di samping rumah besar Rizky Wulan ada pavilliun khusus untuk dikontrakan kebetulan lagi kosong.
Sejak itulah Rizky Darmawan mengontrak pavilliun di samping rumah Rizky Wulan.
Baru berjalan sebulan Rizky Darmawan mengontrak di pavilliun milik Rizky Wulan, dan mereka sepakat untuk menikah.
Rizky Darmawan bertanya, “Maukah kau menikah denganku?” Rizky Wulan terkejut dan tertunduk malu mengangguk tanda menerima lamarannya.
Setelah mengurus surat surat di kelurahan dan di KUA, tepat hari Jumat selesai sholat Jumat acara akad nikah dilaksanakan secara sederhana dihadiri oleh pak rt, pak lurah Bogor Baru, dan tetangga dekat rumah.
Tangga Buntung, 18 September 2029
Komentar