Palembang, Sumselpost.co.id – Seniman Palembang Wanda Lesmana melaunching Mini Album Daerah Palembang (Lagu-Lagu Abadi Seniman Palembang) yang berisi 5 lagu daerah nan popular dan lima lagu daerah versi karaoke di sela-sela Pameran Warisan Budaya yang diadakan oleh Balai Pelestarian Kebudayaan Wilayah VI Provinsi Sumatera Selatan (Sumsel), di Auditorium Opi Mall Palembang, Sabtu (25/11) malam.
Juga menampilkan Rejung Pasirah, penampilan penari dari Sanggar Blok E Art Company dengan moderator Vebri Al Lintani.
Tampak hadir diantaranya Sultan Palembang Darussalam, Sultan Mahmud Badaruddin (SMB) IV Jaya Wikrama R.M.Fauwaz Diradja,S.H.M.Kn didampingi R.M.Rasyid Tohir, Dato’ Pangeran Nato Rasyid Tohir, Kepala Balai Pelestarian Kebudayaan Wilayah VI Provinsi Kristanto Januardi, Sekretaris Dinas Kebudayaan Kota Palembang Asnawi, S.Sos,
sejarawan Palembang Kemas Ari Panji, seniman Palembang Heri Mastari , budayawan Sumsel Vebri Al Lintani, , perwakilan Dinas Kebudayaan Kota Palembang Isnayanti Safrida, perwakilan Kerabat Kesultanan Palembang Darussalam, Ketua TACB Kota Palembang, Wahyu Rizky Andhifani dan perwakilan seniman dan budayawan di kota Palembang.
Kemudian Kepala UPTD Museum Negeri Sumsel dan Taman Budaya Sriwijaya Chandra Amprayadi yang diwakilkan Kasi Museum Negeri Sumsel Adie Citra Sandy.
Sultan Palembang Darussalam, Sultan Mahmud Badaruddin (SMB) IV Jaya Wikrama R.M.Fauwaz Diradja,S.H.M.Kn mengucapkan selamat dan mengapresiasi kepada Wanda Lesmana yang telah merilis Mini Album Daerah Palembang.
“Kita berikan ucapan selamat kepada Wanda Lesmana atas rilis Mini Album Daerah Palembangnya,” kata SMB IV.
Menurutnya kegiatan ini sangat positif apalagi didukung penuh oleh Balai Pelestarian Kebudayaan Wilayah VI Provinsi Sumsel.
Sehingga kata Sultan, hal ini perlu digiatkan lagi agar budaya di Sumsel akan bisa terlestarikan dengan baik.
“Karena kita menilai hal ini sangat penting, kalau tidak dilakukan pelestarian, budaya kita akan tinggal sejarah saja nantinya. Mudah-mudahan akan ada Wanda Lesmana lainnya yang peduli dengan budaya di Sumsel,” kata Sultan.
Sedangkan Wanda menjelaskan dalam Mini Album Daerah Palembang yang dirilis ini ada 5 lagu-lagu ciptaan Seniman Palembang.
“Dan 2 di antaranya merupakan karangan saya sendiri. Kita melakukan aransemen hingga musik yang kita bawakan dengan gaya kita sendiri dan butuh 2 bulan untuk bisa merilis Mini Album Daerah Palembang ini,” kata Wanda.
Dia berharap melalui mini album daerah Palembang ini dapat meningkatkan kecintaan masyarakat Palembang dengan lagu-lagu asli Palembang, khususnya ciptaan dari Seniman Palembang.
Di tempat sama, Kepala Balai Pelestarian Kebudayaan Wilayah VI Kristanto Januardi menambahkan kegiatan ini sangat sayang untuk dilewatkan.
Karena adanya berbagai kegiatan yang positif, selain memberikan wadah dalam merilis Mini Album Daerah Palembang, tapi juga ada pameran warisan budaya di auditorium OPI Mall yang bisa dinikmati masyarakat umum dari mulai 25 hingga 27 November 2023
“Tema pameran diambil dari guratan aksara dalam Prasasti Kedukan Bukit yang ditemukan di Kampung Kedukan Bukit, Kelurahan 35 Ilir, Palembang yakni Manalap Siddhayatra,” katanya.
Kata Manalap dapat diartikan sebagai mengambil atau mencari, sementara Siddhayatra berasal dari dua kata berbahasa Sansekerta yaitu Siddha dan Yatra yang memiliki arti perjalanan suci yang telah dilakukan seseorang dan telah berhasil sampai tujuan.
Melalui kalimat manalap siddhayatra, prasasti ini mengabadikan kisah perjalanan dan keberhasilan penaklukan wilayah Minanga pada Era Dhapunta Hyang.
Dalam pameran ini ditampilkan replika kerangka manusia dari Gua Harimau menjadi objek yang mewakili periode prasejarah di Sumsel.
Objek ini dipilih karena merupakan bukti bahwa lebih dari 2.000 tahun silam, daerah perbukitan di sisi barat Sumsel telah dihuni oleh manusia purba.
“Artinya, peradaban beserta kebudayaannya telah lahir jauh sebelum catatan kemasyhuran Kedatuan Sriwijaya,” katanya.
Pada periode berikutnya, jejak kejayaan Kedatuan Sriwijaya hingga Kesultanan Islam juga turut ditampilkan.
Beberapa objek seperti prasasti emas, mata uang kuno, hingga kerangka kapal kuno.
Selain itu, terdapat pula hasil temuan masyarakat seperti alat tukar, ingot timah seberat 35 kg, hingga manik-manik.
Relief candi dan beberapa tinggalan dari peradaban klasik di daerah Bumiayu, Kabupaten Penukal Abab Lematang Ilir (PALI) juga turut dipamerkan.
Seluruh objek fisik ini merupakan jejak yang membuktikan geliat peradaban Sumsel pada masa lampau.
“Sementara songket Palembang juga turut ditampilkan sebagai warisan budaya tak benda,” katanya.
Pameran ini merupakan wadah bagi masyarakat di Sumsel untuk mengenal jejak warisan leluhur.
Kelima lagu yang ada di dalam Mini Album
Daerah Palembang antara lain:
1. Melati Karangan
Melati Karangan merupakan salah satu lagu daerah yang berasal dari Sumatera Selatan (Sumsel).
Lagu Melati Karangan termasuk ke dalam salah satu lagu tradisional Palembang.
Lagu ini merupakan tanda atau identitas Palembang yang selalu menghormati sosok seorang wanita. Pertunjukan dengan musik Melayu pada lagu Melati Karangan biasanya disajikan dalam upacara adat pernikahan.
2. Cuk Mak Ilang
Cuk Mak Ilang merupakan lagu wajib daerah yang berasal dari Palembang, Sumsel.
Uniknya, masyarakat Melayu zaman dahulu, sering menggunakan pantun untuk mengungkapkan perasaan kepada orang yang disukai.
Lagu Cuk Mak Ilang yang liriknya terbuat dari susunan pantun ini bermakna menyatakan perasaan kepada orang yang disukai.
3. Rudat Sultan
Lagu satu ini menceritakan mengenai sejarah Kesultanan Palembang Darussalam hingga perkembangannya di Kota Palembang.
Bahkan lagu ini merupakan cerita Fakta yang sesungguhnya terhadap Kesultanan Palembang Darussalam.
4. Ya Salam
Lagu Ya Salam merupakan ciptaan dari seniman kota Palembang, almarhum Iir Stoned dengan nama asli Masagus Ahmad Helmi. Ilir Stoned sendiri adalah seniman yang produktif menciptakan lagu-lagu khas berbahasa Palembang semasa hidupnya, dan lagu yang paling terkenal itu, lagu Ya Saman.
5. Rayuan Tan Bun An
Lagu Rayuan Tan Bun An merupakan lagu menceritakan tentang legenda Pulau Kemaro.
Lagu ini menceritakan legenda cinta seorang saudagar Tiongkok dan putri asli Palembang.
Sang saudagar Tiongkok bernama Tan Bun An jatuh cinta kepada Siti Fatimah.
Setelah merestui pernikahan sang anak, orang tua Tan Bun An lalu memberikan hadiah berupa 7 guci besar kepada sang anak dan menantu.
Tan Bun An dan Siti Fatimah lalu berlayar pulang ke Palembang dengan membawa guci-guci pemberian orang tuanya.
Saat masih berada di tengah Sungai Musi, Tan Bun An penasaran dengan isi guci-guci itu lalu membukanya.
Maka terkejutlah Tan Bun An melihat guci berisi sawi-sawi asin.
Hal tersebut membuat Tan Bun An marah dan melemparkan guci-guci itu ke Sungai Musi. Ketika hendak melempar guci ketujuh, tanpa sengaja guci tersebut jatuh dan pecah di perahu.
Ternyata guci pecah itu berisi harta benda yang permukaannya ditutupi sawi-sawi asin.
Tan Bun An yang sudah membuang 6 guci lantas menyesali perbuatannya.
Tanpa pikir panjang, Tan Bun An segera melompat ke air untuk mengambil kembali guci-gucinya.
Melihat hal tersebut, sang pengawal pun ikut terjun untuk membantu majikannya.
Untung tak dapat diraih, malang tak dapat ditolak.
Tan Bun An dan pengawalnya tak kunjung muncul ke permukaan sungai sehingga membuat Siti Fatimah panik.
Hingga akhirnya Siti Fatimah memutuskan untuk lompat ke air dan mengalami nasib yang sama dengan Tan Bun An serta pengawalnya.
Beberapa waktu kemudian, munculah pulau kecil di tempat Tan Bun An dan Siti Fatimah terjun ke Sungai Musi.
Pulau tersebut dinamai Kemaro yang artinya kemarau karena tidak pernah terendam air meskipun arus gelombang Sungai Musi sedang tinggi.
Komentar