JAKARTA,SumselPost.co.id – Wakil Ketua MPR RI Jazilul Fawaid, yang akrab disapa Gus Jazil mengatakan dewasa ini, demokrasi bergerak lurus menuju bentuknya yang paripurna, yakni demokrasi matang seperti banyak yang diproyeksikan oleh para teknokrat dan akademisi politik. Dalam arah gerak lurus nan progresif dari demokrasi tersebut, peran, fungsi, dan kontribusi partai politik ternyata, sangatlah besar.
Partai politik sendiri, menurut Gus Jazil, sebagai pilar demokrasi secara berkesinambungan, terus-menerus melakukan improvisasi struktural maupun kultural. “Salah satu bentuk komitmen penguatan demokrasi yang dilakukan oleh partai politik adalah pada aspek pendidikan, kaderisasi, hingga kandidasi politik yang merupakan fungsi-fungsi dasar partai politik,” tegas Gus Jazil di Jakarta, Jumat (23/6/2023).
Lebih jauh, Pimpinan MPR dari Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) ini mengungkapkan, ada satu konsepsi penting dalam pelaksanaan fungsi-fungsi dasar partai politik, yang benefitnya dapat dirasakan ke dalam oleh partai politik sendiri dan ke luar oleh masyarakat. Yakni, Coat Tail Effect atau Efek Ekor Jas.
Konsepsi tersebut, merupakan sebuah peristilahan yang tidak asing lagi dalam konteks politik elektoral nasional. Ada banyak definisi lainnya dari efek ekor jas. Golder, Hicker, dan Stoll memaknai efek ekor jas atau mantel sebagai korelasi dari efek pemilihan presiden atas konfigurasi suara dalam parlemen. Tapi banyak juga yang memaknainya secara lebih luas sebagai efek ikutan dari seorang tokoh atau figur yang memberikan limpahan insentif elektoral kepada para kontestan Pemilu lainnya, utamanya dalam satu partai politik.
“Menjelang Pemilu 2024, menurut saya, konsepsi efek ekor jas menjadi suatu hal yang relevan untuk dibicarakan, terutama dipraktikkan. Kita bisa meletakkan konsepsi ini pada berbagai konteks. Dalam konteks terbatas, efek ekor jas adalah variabel pemenangan dalam Pemilu, yang mana pengejawantahannya lazim dilakukan oleh partai politik untuk mengkatalisasi perolehan suara Pileg dan Pilpres. Tapi dalam konteks yang lebih luas, penerapan efek ekor jas dalam Pemilu merupakan bentuk penguatan mutu demokrasi,” jelas Gus Jazil.
Wakil Ketua Umum DPP PKB ini, melihat bahwa relevansi dan urgensi dari pentingnya memainkan efek ekor jas baik sebagai strategi pemenangan, maupun ikhtiar penguatan fungsi partai politik, dapat berkontribusi bagi penguatan demokrasi.
Namun, harus diakui berjalannya politik elektoral di Indonesia sangat dinamis, sehingga implementasi efek ekor jas ini tidak bisa seideal dalam tataran wacana. Misalnya, keinginan sebuah partai politik untuk memajukan kadernya sendiri sebagai calon presiden misalnya, akan terbentur oleh presidential threshold yang ditetapkan oleh undang-undang.
“Mekanisme efek ekor jas ini, juga tidak bisa semata-mata dimaknai sebagai strategi pemenangan partai politik, tapi kita juga harus melihatnya sebagai alat penguatan demokrasi seperti yang saya singgung sebelumnya. Bahkan, tidak berlebihan juga apabila penggunaan mekanisme efek ekor jas ini sebagai ikhtiar mulia partai politik untuk memperkokoh demokrasi melalui paralelisasi antara kaderisasi dan kandidasi,” ungkapnya.
Dikatakan Gus Jazil, upaya yang dilakukan oleh Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) sendiri saat ini, yang mengusung kader terbaiknya Gus Muhaimin Iskandar sebagai calon presiden, merupakan implementasi riil dari cara pandang tersebut. Pengusungan ini di satu sisi merupakan bentuk keberhasilan kaderisasi yang dilakukan oleh PKB, serta kandidasi yang ditujukan untuk pencapaian target internal partai dan perbaikan mutu demokrasi di tengah banyaknya partai politik yang tergoda untuk mengusung calon yang bukan kader sendiri.
Pada intinya, pembahasan soal konsepsi efek ekor jas ini, sengaja sampaikan dengan maksud untuk menghidupkan kembali diskursus intelektual mengenai urgensi efek ekor jas ini sebagai strategi pemenangan yang selaras dengan objektif penguatan partai politik dan demokrasi.
“Saya dari rumah kebangsaan, sangat berharap agar Pemilu 2024 sebagai pesta demokrasi rakyat dapat menjadi momentum penguatan kapasitas partai politik sebagai pilar demokrasi. Tentu saja, efek ekor jas sebagai strategi pemenangan tidak menegasikan variabel pemenangan lainnya seperti kekuatan mesin politik partai, keunggulan party ID atau blocking suara di daerah tertentu, visi misi dan program kerja partai politik dan calon, ataupun kekuatan relawan dan simpatisan. Semuanya harus bergerak secara sinergis dan kolaboratif dan berorientasi pada penguatan demokrasi yang kita harapkan bersam,” pungkasya.(MM)
Komentar