Individu dengan kondisi autistik ternyata bisa mandiri dan beprestasi. Rahadian (Rian) Sakti Pradana dan Natrio Catur Putra Yososha (Osha), misalnya. Rian baru saja meraih gelar Master bidang Pendidikan Khusus dari Universitas Pendidikan Indonesia (UPI), Bandung. Sementara Osha yang meraih Sarjana Arekologi dari UGM dikenal sebagai atlet marathon dan telah memasuki dunia kerja.
Namun, ukuran prestasi dan kesuksesan tentu saja tak cuma harus dilihat dari capaian akademis atau mendapatkan pemasukan materi lewat dunia kerja. Bagi sebagian individu autistik dan orang tuanya dapat melakukan hal-hal keseharian secara mandiri atau minim intervensi orang lain sudah merupakan prestasi tersendiri.
Demikian benang merah yang ingin disampaikan buku bertajuk “Pada Suatu Hari: Kisah-kisah Perjuangan Keluarga Individu Autistik” yang diluncurkan diluncurkan dalam rangka Bulan Peduli Autisme di Sekolah Inklusi Tunas Global, Depok, Sabtu (19/4/2025).
Buku tersebut ditulis Isti Anindya, pendiri Peduli ASD (Autism Spectrum Disorder) yang meraih Master dan Doktor bidang autisme dari Universitas Indonesia. Ia berkolaborasi dengan Sudrajat, wartawan sebuah media online yang dalam dua tahun terakhir kerap menulis seputar isu tentang autisme.
Keduanya bertugas sesuai kompetensi dan keahlian masing-masing. Bila Sudrajat meramu 10 kisah dengan teknik penulisan human interest (features) yang menyentuh, Isti menggenapinya dengan tinjauan akademis dari keunikan masing-masing individu autistik yang dikisahkan.
“Buku ini tidak hanya menghadirkan sisi emosional, tetapi juga edukasi berbasis sains tentang autisme. Tujuannya agar publik bisa memahami autisme secara lebih holistik,” kata Isti dalam peluncuran buku.
Isti menekuni isu autisme karena putri sulungnya yang kini pelajar Kelas 5 di Tunas Global menyandang autistik. Sementara Sudrajat mengaku tertarik menulis isu-isu seputar autisme karena terpengaruh Film ‘Rain Man’ yang dibintangi Tom Cruise dan Dustin Hoffman, dan Forest Gump yang dibintangi Tom Hanks.
“Juga saya melihat betapa strugglenya para orang tua yang dikarunia anak dengan kondisi autistik. Kesabarannya benar-benar seluas samudera dalam membersamai anak-anak mereka,” ujar Sudrajat.
Betapa tidak. Mereka kerap harus menghadapi tantangan berupa cemoohan dan bulian tak cuma dari lingkungan sekitar. Pasangan hidup dan keluarga terdekat yang mestinya saling menguatkan pun terkadang justru sebaliknya. Akibatnya ada yang sampai harus berpisah.
Kondisi autistik juga tak pandang latar belakang dan kondisi orang tua. Di buku ini ada kisah tentang pasangan Lita Kadartin dan Dubes RI untuk Qatar, Ridwan Hasan, yang memiliki putri kembar dengan kondisi autistik.
Di tahun-tahun awal para orang tua kebanyakan akan menyangkal kenyataan ketika putra-putrinya didiagnosis autistik. Tak kecuali Isti Anindya. Berbagai informasi dan referensi yang mengarahkan ciri-ciri autistik mendekati kondisi putrinya dia tetap menyangkal. Baru ketika putrinya berusia lima tahun ia menyadari dan menerima. Itu pun Isti pribadi masih harus menjalani terapi karena depresi.
Karena itu, Ketua Komisi Nasional Disabilitas RI Dr Dante Rigmalia, MPd menilai buku ini sebagai potret perjuangan, harapan, dan cinta yang menyelimuti perjalanan keluarga dengan anak autistik. Setiap kisah yang disajikan membawa pembaca untuk menyelami lebih dalam kehidupan individu autistik dan orang-orang yang membersamai mereka.
Setiap kisah dalam buku ini, ia melanjutkan, menunjukkan betapa beragamnya perjalanan individu autistik dan keluarganya, serta bagaimana mereka dapat tumbuh dan berkembang dengan dukungan yang tepat.
Keunikan buku ini tidak hanya terletak pada kisah-kisah inspiratif yang menggugah hati, tetapi juga pada dimensi ilmiah dalam fakta sains yang dituliskan Isti. Di setiap kisah, pembaca akan menemukan informasi berbasis sains mengenai autisme—mulai dari penelitian terkini seputar autisme yang menjadi alasan untuk ragam karakteristik unik individu autistik.
“Dengan adanya pemahaman ilmiah ini, kita diajak untuk melihat autisme tidak hanya dari sisi tantangan, tetapi juga sebagai fenomena biologis yang kaya dan kompleks,” tulis Dante dalam kata pengantarnya.
Komentar