Nikmati Kelezatan Bingko, Makanan Ringan Khas Pedamaran

Berita Utama94 Dilihat
banner1080x1080

Palembang, Sumselpost.co.id – Jika Anda berkunjung ke Pedamaran, jangan lupa untuk mencicipi bingko, makanan ringan khas yang murah meriah. Di Kota Palembang, bingko dikenal dengan nama kue gunjing, yang merupakan sejenis kue pukis. Hampir di setiap sudut Pedamaran, Anda dapat menemukan makanan ini, baik di pagi maupun sore hari, dengan harga yang sangat terjangkau, hanya seribu rupiah per buah.

“Sejarah bingko mungkin kurang saya ketahui, tetapi seingat saya, makanan ini sudah ada sejak lama, berdasarkan cerita orang-orang tua. Bingko terbuat dari tepung beras dan kelapa, yang melimpah di daerah agraris ini. Setiap rumah di sini biasanya menanam padi dan kelapa. Dulu, tepung beras dibuat dengan cara diisar atau digiling menggunakan alat dari batu, dan cetakannya terbuat dari logam,” ujar Robinhod Kunut, tetua adat Marga Danau, pada Sabtu (7/12/2025).

Dahulu, hampir setiap rumah di Pedamaran memproduksi bingko. Rata-rata, keluarga di sini memiliki banyak anak, dengan satu keluarga bisa memiliki 10 hingga 12 anak. Hal ini terlihat dari urutan nama anak di Pedamaran, seperti Barap, Guluk, Monde, dan seterusnya. Dengan banyaknya anak, masyarakat Pedamaran biasanya memasak tiga kali sehari, yaitu pagi, siang, dan malam.

Baca Juga  Mushola Nazmah Yang Terbengkalai Diresmikan Kapolres OKU

“Karena banyak anak, para ibu di Pedamaran membuat bingko di pagi hari untuk makanan anak-anak mereka. Ini merupakan bentuk diversifikasi pangan di kalangan masyarakat, dengan kearifan lokal yang tetap menggunakan bahan beras,” kata tokoh adat lainnya, Suparman Guluks.

Pada tahun 70 hingga 90-an, bingko juga dijual oleh ibu-ibu Pedamaran setelah mereka mencukupi kebutuhan makan anak-anak. Biasanya, anak-anak mereka yang diminta untuk menjajakan bingko menggunakan tampah besar dari bambu. Selain bingko, mereka juga menjual kue ringan lainnya seperti lepat, apam, dan nagosari, dari pukul 6 hingga 8 pagi. Hasil penjualan biasanya digunakan untuk uang jajan sekolah anak-anak.

Baca Juga  LKPSS Lakukan Audiensi Ke DPRD Sumsel

“Saya sudah terbiasa menjual bingko buatan ibu sejak kecil, sekitar tahun 70-an. Jika bingko tidak laku sebelum jam 8, saya berhenti jualan dan pergi sekolah. Uang dari penjualan bingko saya setor ke ibu. Dulu, satu bingko dijual seharga 5 rupiah, dan saya mendapatkan upah 1 rupiah untuk jajan di sekolah,” kenang Ayani, salah satu pembuat bingko yang ditemui di simpang zebra Pedamaran.

“Sekarang, saya membuat bingko yang diwariskan oleh ibu. Namun, bingko tidak dijual keliling lagi. Saya mulai membuat bingko di sini pukul 3 sore, dan biasanya sudah habis sebelum pukul 5. Lumayan untuk tambahan uang dapur,” tambah Ayani.

Kondisi Kecamatan Pedamaran kini telah berubah. Jumlah anak dalam setiap rumah tangga tidak sebanyak dulu, sehingga bingko tidak lagi dijajakan keliling kampung. Namun, jejak kuliner rumah tangga ini tetap lestari, dan penggemar bingko masih banyak. Bingko kini dijual dengan harga yang cukup murah, yaitu antara 500 hingga seribu rupiah per buah.

Baca Juga  Kepala Bapenda Melalui UPT Ilir Barat I Kota Palembang Himbau Warga, Ayo Segera Bayar PBB Jatuh Tempo

“Setiap kali saya mudik ke Pedamaran, bingko adalah makanan yang paling saya cari. Di Palembang memang ada bingko atau gunjing, tetapi sensasi makan bingko di Pedamaran sangat berbeda. Selain mengingatkan saya pada ibu, bingko di sini sangat enak. Rasa kelapanya terasa, dan ada campuran kelapa parutan yang membuatnya lebih gurih. Ada juga bingko manis dari pisang gedah khas Pedamaran yang dibungkus daun pisang, memberikan aroma khas. Satu cetakan berisi 12 buah bingko, dan saya habiskan langsung di tempat,” kata Dedi Irwanto, seorang penggemar bingko Pedamaran yang kini tinggal di Palembang.

Komentar