JAKARTA,SumselPost.co.id – Wakil Ketua MPR RI Eddy Dwiyanto Soeparno mengatakan MPR RI akan mendukung realisasi energi baru terrbarukan (EBT) yang merupakan program pembamgunan pemerintahan Prabowo – Gibran. Karena itu, pihaknya meminta masukan dari Masyarakat Energi Terbarukan Indonesia (METI) untuk RUU EBT.
“Kita tahu rencana pemerintah ke depan adalah untuk meningkatkan ekonomi secara tinggi. Karena itu kita akan membahas pertumbuhan ekonomi itu akan didukung oleh energi yang berbasis energi baru terbarukan. Dimana sekarang ini kita dalam proses transisi, sehingga METI akan memberikan masukan untuk proses akselerasi dari energi terbarukan ini,” tegas Eddy.di Gedung MPR RI Senayan, Jakarta, Selasa (5/11/2024).
Dalam acara Forum Diskusi ‘Berbangsa dan Bernegara Aktual’ itu Eddy Suparno menegaskan bahwa dalam pembahasan ini juga terkait revisi UU Migas dan UU Kelistrikan. “Masukan dari METI merupakan sesuatu yang berharga untuk proses pembahasan legislasi, RUU EBT,” tambah Eddy.
Hal itu sejalan dengan program pembangunan Prabowo – Gibran tetkait ketahanan energi, swasembada pangan dan air. Karena itu segala sesuatu terkait swasembada akan diberikan insenrif. Baik fiskal maupun non fiskal, itulah yang kita bahas. Semoga ada terobosan baru agar EBT ini bisa lebih cepat,” pungkasnya.
Wiluyo Kusdwiharto Ketum METI optimistis EBT ini akan tetwujud karena sumber daya alamnya ada di dalam negeri, sehingga tidak perlu impor dan untuk kesejahteraan masyarakat. “Jadi, kami dari METI akan terus mendukung program EBT dan ketahanan.energi terbarukan ini di pemerintahan Pak Prabowo,” ungkapnya.
Satya Widya Yudha bahwa EBT imi dalam ramgka mengejar pertumbuhan ekonomi 8%, maka perlu dukumgan semua pihak asosiasi. “Kita kaya dengan fosil, tapi mematap masa depan dengan EBT. Untuk itu kita diskusikan dengan MPR RI dan DPR RI,” katanya.
Menurut Satya, swasembada energi merupakan kunci penting dalam upaya mencapai target pertumbuhan ekonomi dan transisi menuju net zero emission. Yang tidak kalah pentingnya adalah bagaimana bisa mengejar pertumbuhan ekonomi untuk bisa sampai 8%, maka faktor swasembada energi menjadi kunci. “Saat ini, kita mencoba bertransisi energi, karena apapun juga yang sudah menjadi keputusan pemerintah, tahun 2060 net zero emission itu sesuatu yang harus bisa kita capai,” ujarnya.
Satya mengungkapkan, bagaimana memitigasi di satu sisi keinginan swasembada dan di sisi lain mencapai net zero pada tahun 2060. Kombinasi ini tentunya menjadi satu langkah strategis yang dilakukan pemerintah melalui dukungan asosiasi agar ini bisa tercapai. “Kita kaya dengan fosil tapi kita juga menatap masa depan dengan energi baru dan terbarukan,” jelas Satya. (MM)
Komentar