Sepasang Botol Antik

Berita Utama2551 Dilihat

Palembang, Sumselpost.co.id – Keluarga Hairul tinggal di perkampungan Muara, dekat dengan masjid. Kehidupannya sangat sederhana sekali, menghuni sebuah rumah kayu yang sudah lapuk dimakan usia. Hairul mempunyai seorang istri, namanya Yati, rajin mengurus rumah, mulai dari memasak, menyapu, dan mencuci pakaian.

Begitu juga anak anaknya membantu pekerjaan ibu dan bapaknya, ada yang mengambil air di sungai, ada yang memberi makan hewan hewan ternaknya, ayam dan kambing. Pokoknya keluarga kecil Hairul semuanya pekerja keras.

Anak anak Hairul ada tiga, yang pertama perempuan sudah dua tahun tamat SMA, yang kedua perempuan juga baru kelas tiga SMA, dan yang bungsu laki laki, masih kelas tiga SMP.

Sebetulnya Hairul pekerjaannya sebagai tukang kayu, misalnya orang mau memperbaiki rumah bahkan orang mau membuat rumah dari kayu ia ahlinya. Karena zaman sekarang sudah jarang orang mau membuat rumah dari kayu maka ia menjadi kuli angkut di pasar pagi. Ia berangkat ke pasar pagi jam 3.00 dini hari, pulangnya jam 10.00 pagi. Ini dilakukannya sudah lima tahun. Kadang ia termenung memimirkan nasib dan masa depan anak anaknya.

Hairul ingin anak anaknya kuliah semua, ia ingin melihat anak anaknya jadi sarjana semua, setelah itu bekerja di kantor. Namun apalah daya, ia ingin memeluk gunung tapi apa daya tangan tak sampai.

Mirna anaknya yang pertama, mengajar les privat bagi anak anak SD dan SMP. Sekarang Mirna mengajar les privat anak orang kaya di kompleks depan kampung muara. Sekali mengajar dua anak orang kaya tersebut selama dua jam dibayar 100 ribu rupiah. Hasil mengajar les privat ini dapat membantu kedua orang tuanya dalam memenuhi kebutuhan hidup sehari hari.

Baca Juga  KOPZIPS Ziarahi Makam Raja Palembang, Miris Kondisinya Kurang Terawat

Orang kaya tempat Mirna mengajar les privat tersebut, pekerjaannya adalah kolektor barang barang antik.

Suatu hari ketika Mirna sedang mengajar les privat anak orang kaya tersebut, di rumah itu sedang berkumpul para kolektor barang barang antik, mereka sedang memutar video barang barang antik yang mereka cari atau buru.

Sambil mengajar les privat anak anak orang kaya tetsebut Mirna melihat dengan jelas video yang diputar oleh para kolektor itu di televisi layar 60 inci ditampilkanlah barang barangnya. Orang kaya tuan rumah itu sambil menjelaskan barang barang itu beserta harga harganya,

“Ini pedang Samurai asli dari kaisar jepang, harganya 2 milyar, ini mangkok dari thailand harganya 5 milliar, dan yang ini paling mahal sepasang botol besar dari dinasti Ming, harganya 10 milyar bahkan teman saya sanggup membelinya 15 milyar” mendengar penjelasan itu semua kolektor yang berkumpul di rumah orang kaya itu bertepuk tangan.

Yang paling terkejut adalah Mirna, sebab sepasang botol besar itu sejak dia lahir sudah ada di ruang tamu rumahnya. Setelah mengajari anak anak orang kaya itu, Mirna bergegas pulang ke rumahnya, langsung dia mengamati sepasang botol besar yang ada di ruang tamu rumahnya itu. Cepat cepat diceritakannya kepada kedua orang tuanya tentang apa yang dia dengar dan saksikan di rumah orang kaya itu.

Baca Juga  Tiba di Aceh, Irjen Achmad Kartiko Disambut Tari Ranup Lampuan

Mendengar cerita Mirna anaknya, Hairul dan istrinya serta Mirna berembuk, dan disuruhlah Mirna untuk mengundang orang kaya itu untuk datang ke rumahnya besok pagi.

Keesokan harinya, orang kaya kolektor barang barang antik itu datang ke rumah Hairul untuk melihat dan membuktikan sepasang botol besar itu asli atau tidak. Orang kaya itu mengajak seorang kolektor temannya. Setelah diteliti dan diperiksa dengan alat deteksi yang akurat, maka sepasang botol besar itu asli.

Keesokan harinya, sepasang botol besar itu, dibawa ke hotel Aryaduta. Hairul sekeluarga diajak, dan Kepala Kampung Muara juga diajak untuk menyaksikan transaksi sepasang botol besar itu. Ketua Asosiasi Barang Barang Antik Indonesia memimpin transaksi jual beli sepasang botol besar itu angkat bicara, “Siapa nama bapak?” Dijawab, “Nama saya Hairul” dilanjutkannya, “Betul barang ini punya bapak?” Dijawabnya lagi, “Sebetulnya barang itu punya kakek saya, turun ke orang tua saya, karena kakek dan orang tua saya sudah meninggal jadi barang ini milik saya” ditanya lagi, “Sepasang botol besar ini mau kami beli 10 milliar, mau kamu menjualnya?” Hairul bingung, mukanya pucat, ia tidak menjawab. Dalam ketegangan itu, Kepala Kampung Muara angkat bicara, “Mohon maaf Bapak bapak yang saya hormati, izinkan saya bicara untuk mewakili pak Hairul” Semua mata memandang Kepala Kampung Muara, maka dilanjutkannya lagi, “Saya adalah Kepala Kampung Muara, mungkin pak Hairul kaget bahkan shock, mendengar sejumlah uang yang disebutkan tadi” Ketua Asosiasi Kolektor Barang Barang Antik Indonesia memotong pembicaraan Kepala Kampung Muara, “Bahkan kami sanggup membayar dengan harga 20 milliar, nanti kita atur pembayarannya dengan menghadirkan notaris dan pihak bank.”

Baca Juga  Prof. Dr. H. Muhammad Mawangir, M,Ag. : Makna Filosofi Peristiwa Isra' Mi'raj Nabi Muhammad SAW

Jadi kesimpulannya sepasang botol antik Hairul dibayar 20 milliar rupiah. Uang itu disimpan di Bank Sumselbabel. Kapan pun Hairul butuh uang dapat ditarik dengan mengajak Kepala Kampung Muara.

Hairul membangun masjid besar dan megah di Kampung Muara dengan biaya 500 juta, sedekah syukuran sekaligus peresmian masjid, diberi nama Masjid Al Hairul. Membangun koperasi sembako dengan modal 100 juta rupiah dikelola oleh anak Kepala Kampung Muara yang kebetulan baru selesai kuliahnya. Hairul membangun pesantren termegah untuk anak anak yatim dan anak orang miskin tanpa dipungut biaya. Anaknya Mirna dikuliahkannya ke IPB Bogor dan yang nomor dua dikuliahkannya ke Unsri.

Di depan rumahnya yang mungil dan asri itu, istrinya menjaga warung sembako dan Hairul setiap hari mengajar mengaji di masjid Al Hairul.

Palembang, 09 Desember 2023

Komentar