Palembang, Sumselpost.co.id – Gabungan Brigade Advokat dan Jawara (Bung Baja) mengadakan sarasehan budaya dengan tema “Peran Serta Jawara dalam Perspektif Berbangsa dan Bernegara” pada Minggu (2/2) di Gedung Kesenian Palembang. Acara ini bertujuan untuk mengulas kontribusi jawara, khususnya dalam menjaga kebudayaan lokal dan memperkuat semangat kebangsaan.
Hadir diantara akademisi UIN Raden Fatah Kemas Ari Panji, seniman Palembang seperti Ali Goik, Iman Kasta, dan Heri Mastari, Edi Payuni, Fir Azwar, Marta Astra Winata, Genta, Isnayanti Safrida , Sekretaris DKSS Qusoi dan sejumlah kerabat kesultanan Palembang Darussalam, seperti Merry Hamraeny, S.Pd, M.M.
Ketua Umum Bung Baja Adv M Iskandar Sabani SE SH mengatakan, sarasehan budaya ini mengupas peran serta jawara dalam perspektif kebangsaan dan bernegara.
“ Kita mengupas dari para jawara, kalau di Palembang pendekar namanya, pendekar-pendekar ini khan sudah ada sejak lama sejak zaman kerajaan dulu, seorang jawara pasti orangnya ahli bela diri, baik bela diri sifatnya fisik dan juga bela diri yang ada ilmu magis,”katanya.
Dulu , kalau kepala kampong, krio atau pasirah , kalau tidak jawara tidak bisa jadi .
“ Jadi peran serta mereka apa didalam mengisi kemerdekaan , waktu zaman Belanda mereka itu membela tanah air, ada juga jawara itu jadi centeng, sekarang mengisi kemerdekaan ini apa peran mereka,”katanya.
Sedangkan mengenai kuntaw adalah kearifan lokal yang isinya ahli bela diri.
“ Kita berharap mereka ada kontribusi dalam kebangsaan dan bernegara misalnya ikut menjaga kampung, ikut menjaga RT, kelurahannya dan kearifan lokal ini harus dilestarikan sekarang guru kuntaw susah mencarinya dan kita berharap ada dukungan pemerintah ,” katanya.
Sejarawan Sumsel Dr Dedi Irwanto MA menilai sejak masa lampau kalau di Palembang disebut kuntaw , pendekar dan para orang-orang yang memiliki ilmu bela diri memang dioptimalkan terutama di masa Kesultanan Palembang Darussalam sebagai orang yang membela kehidupan berbangsa dan bernegara karena dimasa lalu mereka ditempatkan oleh kesultanan Palembang Darussalam sebagai prajurit regular yang didatangkan dari daerah uluan Palembang .
Dan dididik melalui pelatihan kuntaw didaerah-daerah uluan Palembang dan menariknya secara historis teryata orang yang diikutkan dalam membela Kesultanan Palembang Darussalam dimasa lalu memang datang dari para wilayah marga sikap dan marga sindang sehingga kuntaw berkembang sedemikian rupa.
“Sayangnya di masa sekarang para pengkuntaw termasuk para pendekar itu mulai terancam punah karena secara dimasa sekarang orang memilih ilmu bela diri lain seperti pencak silat, taek wondo dan segala macam padahal secara kelokalan kita punya kuntaw,”katanya.
Kuntaw ini permasalahan yang dihadapi masalah regenerasi dimana guru kuntaw terbatas dan biasanya diambil dari anak tertua dan menguasai kuntau .
“ Sekarang ini salah satu perannya kuntaw kurang menjanjikan bagi kehidupan ekonomi para guru sekarang dimana orang lebih beralih ke ilmu bela diri lain, ini harus menjadi perhatian pemerintah terutama Pemprov Sumsel, paling tidak berkenaan misalnya digodoknya perda kemajuan kebudayaan, dimana salah satu amanat undang-undangn pemajuan kebudayaan itu adalah 10 pokok kebudayaan salah satunya olahraga tradisional karena kuntaw ini salah satu olahraga tradisional, semoga dengan kegiatan ini kuntaw mulai diperhatikan secara luar terutama di daerah lain di Sumsel,” katanya.
Anggota DPRD Palembang Mgs Syaiful Padli mengapresiasi kegiatan ini dan kegiatan ini adalah bagian dari nilai-nilai kebudayaan yang ada di kota Palembang terutama untuk olahraga tradisional.
“ Kami ada prolegda tentang pemajuan kebudayaan , kita berharap diperolegda ini kawan-kawan yang konsen di kebudayaan dan pariwisata dilibatkan oleh pemerintah, tadi kami menyarankan diskusi ini jangan mentok sampai disini tapi harus ada follow upnya salah satunya, buat surat audiensi ke Bapemperda DPRD Palembang sehingga usulan, saran yang disampaikan dalam diskusi ini bisa kongkrit dan dieksekusi kawan-kawan di DPRD Palembang,” kata politisi PKS ini.
Budayawan kota Palembang Vebri Al Lintani menambahan kesimpulan diskusi hari ini adalah Pertama, apa yang dikerjakan oleh Bung Baja ini sudah bagus. Artinya organisasi ini tidak cuma menghimpun, tapi juga ada penambahan wawasan-wawasan bagi anggota. Terutama untuk kegiatan beladiri atau jawara atau pendekar.
Yang kedua, menurutnya ada beberapa usulan yang tadi sempat terutama membahas tentang legislasi perda, terkait tentang kebudayaan.
Tapi menurutnya harus diingat ada 10 objek pemajuan kebudayaan yang harus secara mendalam dikaji, sehingga menjadi efektif jika nanti menjadi perda.
“ Kita tidak ingin seperti perda-perda yang sebelumnya,yang merupakan kopi paste dari aturan lain.Jadi nanti kita akan ada pertemuan lagi antara kawan-kawan baik Bung Baja maupun terutama Bung Baja tentang olahraga tradisional seperti Kuntau misalnya. Kemudian para aktivis akan ketemu dengan anggota DPRD Palembang terutama di bagian Prolegda DPRD Kota Palembang,”katanya.
Komentar