MEDAN,SumselPost.co.id – Wakil Presiden Republik Indonesia, KH Ma’ruf Amin dalam acara Rapat Kerja Nasional dan Konferensi Pendidikan Tinggi Nahdlatul Ulama di Medan pada Rabu (8/3), menekankan pentingnya menciptakan ahli agama yang moderat, dan reformatif.
“Pertama, pengembangan ilmu-ilmu agama Islam di lingkungan Perguruan Tinggi NU untuk menciptakan ahli-ahli agama yang tidak hanya memahami ajaran agama secara tekstual, secara qauli, tetapi juga secara kontekstual dan dinamis, secara manhaj, yang mampu merespons berbagai permasalahan dan tantangan yang muncul di masa yang akan datang,” ujar Kiai Ma’ruf.
Ia menekankan, pengembangan ilmu agama tersebut harus didasarkan pada konsep Islam Ahlusunnah Wal Jama’ah An-Nahdliyah yang karakteristiknya adalah moderat (wasathiyyah), ishlâhiyah (reformatif), tathawwuriyah (dinamis), dan manhajiyyah (metodologis).
Kedua, pengembangan ilmu pengetahuan dan inovasi untuk kemakmuran umat dan kemajuan negara. Karena ilmu pengetahuan dan inovasi merupakan kunci kemakmuran dan peradaban (miftahul imarah). Hal ini sejalan dengan posisi manusia sebagai khalifah Allah yang dikarunia akal dan hati nurani, manusia diberi tugas (mandat) untuk mengelola dan membangun bumi serta peradabannya.
Ketiga, pentingnya kontribusi perguruan tinggi bagi NU dalam bentuk pemikiran – pemikiran yang bersifat responsif dan menyelesaikan persoalan-persoalan yang muncul di berbagai bidang.
“Sumbangan pemikiran ini diharapkan dapat dipergunakan oleh NU dalam merespons persoalan-persoalan yang dihadapi, baik yang bersifat nasional maupun global. Dengan demikian, posisi NU tidak hanya merawat pemikiran atau warisan ulama pada masa lalu, tetapi juga memberikan pemikiran-pemikiran dan inovasi baru,” tambahnya.
Keempat, pengelolaan lembaga pendidikan tinggi secara profesional, baik dalam kaitan dengan penyempurnaan kurikulum, peningkatan kualitas dosen, penyempurnaan sarana dan prasarana pendidikan, maupun administrasi pendidikan dan pembiayaan. Hal ini menurutnyam perlu mendapat perhatian dari PTNU, karena kualitas pendidikan tinggi di lingkungan NU secara umum saat ini masih mengalami keterbatasan – keterbatasan.
“Dalam hal ini, LPTNU perlu juga mendorong perluasan sinergi dan kerja sama, tidak hanya antar PTNU dan universitas-universitas lain di dalam dan luar negeri, tetapi juga dengan berbagai instansi lain, termasuk Kementerian/Lembaga Pemerintah,” ungkapnya.
Kelima, pengembangan hubungan dan kemitraan dengan dunia usaha atau industri, sehingga keduanya bisa maju bersama dengan mengembangkan sumber daya dan potensi lokal di tiap-tiap daerah lokasi PTNU.
Di samping itu, ia berharap acara ini dapat melahirkan rekomendasi yang dapat menjawab dan menyelesaikan berbagai persoalan, mengukuhkan komitmen kebangsaan, sekaligus meningkatkan kualitas LPTNU secara kelembagaan dan PTNU secara keseluruhan.
Sebelumnya Ketua Umum PBNU membuka Rakernas LPTNU yang ditandai dengan penekanan tombol oleh KH Yahya Cholil Staquf dan Menteri Sekretaris Negara Pratikno didampingi Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Nadiem Anwar Makarim, Ketua Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) Prof KH Yudian Wahyudi.
Turut mendampingi pula Wakil Gubernur Sumatra Utara H Musa Rajekhshah, Kapolda Sumatra Utara Ridwan Zulkarnain Panca Putra Simanjuntak, Walikota Medan Bobby Nasution, Bupati Deli Serdang H Ashari Tambunan, Wakil Bupati Serdang Bedagai H Adlin Umar Yusri Tambunan, dan Atase Kebudayaan Kedutaan Arab Saudi.(MA)
Komentar