Rafik Elyas: Tembok Penahan Air Milik Perusahaan Berpotensi Menimbulkan Banjir Bandang

Berita Utama57 Dilihat
banner1080x1080

Muba Sumselpost..co.id,- Tata Kelolah Lingkungan di wilayah Kecamatan Sanga Desa, Babat Toman, Lawang Wetan dan Kecamatan Sekayu, Kabupaten Musi Banyuasin (Muba) perlu diperhatikan dan ditingkatkan.

Dikarenakan, selain terletak dibantaran sungai tanah rawa, ke empat Kecamatan tersebut juga berada di antara dua sungai besar yakni, Sungai Musi dan Sungai Batang Hari Leko yang sewaktu-waktu bisa saja meluap dengan debit air yang lebih tinggi hingga menimbulkan banjir bandang.

“Mestinya pemerintah menghimbau pihak perusahaan perkebunan kelapa sawit untuk tidak membuat tanggul atau tembok penahan air. Karena saya lihat yang terjadi saat ini, banyaknya perusahaan yang membuat timbunan semacam tembok penahan air ketika lahan mereka berbatasan dengan Sungai besar. Ini sama hal nya dengan pribahasa orang Sekayu, Lemak dimamak, dak Lemak di Bibik. (Enak bagi Perusahaan, tak enak bagi warga). Sebab dengan ada nya timbunan, kedalaman air disaat musim banjir jadi tidak merata, bisa jadi genangan air dilahan milik perusahaan sebatas mata kaki, sementara air yang menggenangi jalan dan pemukiman warga setinggi paha orang dewasa.

Contohnya, jalan Plakat Tinggi tepatnya di sekitaran Jembatan Tanjung Duku, Kelurahan Soak Baru Kecamatan Sekayu. Sejak pihak perusahaan melakukan penimbunan, air yang selama ini datang dari uluh sungai terbendung oleh timbunan dan menggenangi jalan poros dengan kedalaman ada yang mencapai paha orang dewasa.

Sebelum dilakukan pengedaman, saya ingat betul debit air disaat musim banjir diwilayah itu, paling setinggi betis anak-anak, itupun posisi jalan masih tanah merah, belum di bangun cor beton dengan lapisan aspal hotmix seperti sekarang ini.” Demikian dikatakan Wakil Ketua PWI Muba, Rafik Elyas saat dibincangi wartawan Jurnal Sumatra, Rabu (10/12/2025) siang.

Lanjutnya, mengilas balik ke belakang, dibawah tahun 1990, hutan dan rawa disekitaran kedua sungai Musi dan Sungai Batang Hari Leko, cukup luas dan menjadi terminal atau tempat air berdomisili disaat musim banjir.

“Namun setelah banyak hutan dan rawah dialih fungsikan menjadi perkebunan kelapa sawit oleh pihak perusahaan, berubah tempat penampungan air disaat musim banjir dinilai jadi berkurang.

Ditambah lagi sekarang ini, banyaknya rawa-rawa yang ditimbun untuk berbagai pembangunan. Pertanyaan, kemana jutaan kubik air yang selama ini ditampung oleh rawa-rawa yang ditimbun dan dijadikan lahan perkebunan kelapa sawit itu, selain dari menggenangi jalan, pemukiman, kantor dan sekolah-sekolah. Mendingan kalau debit airnya surut, tapi kalau debit air nya besar, bisa jadi kita mengalami nasib seperti sahabat kita di Aceh, Sumut dan Sumatera Barat. Maka dari itu, selaku toko Perss saya mengingatkan agar Pemkab Muba kedepan nya dapat berbenah.”Tegasnya. (Ulandari)

Komentar