Projo Terima Kasih pada Jokowi, Tapi Tidak untuk Ma’ruf Amin, Kenapa?

Nasional13 Dilihat

JAKARTA, SumselPost.co.id – Sehari menjelang pelantikan Presiden Prabowo Subianto dan Wapres Gibran Rakabuming Raka pada Minggu (20/10/2024) di Gedung MPR RI, di sekitar gedung wakil rakyat itu tampak berjejeran baliho Projo, dengan ukuran lumayan besar. Baliho itu bertuliskan “Terima kasih Jokowi” (2014-2024) dan ucapkan “Selamar bekerja Prabowo – Gibran” (2024-2029).

Hanya saja kalau kita perhatikan baliho Projo tersebut hanya berterima kasih pada Jokowi, tapi tidak untuk Ma’ruf Amin. Kenapa? Padahal, Ma’ruf Amin sebagai Wapres selama lima tahun ikut menyuskseskan pemerintahan Jokowi. Meski selain ada keberhasilannya, juga masih terdapat kekurangan di sana-sini. Masyarakat bisa menilai kepemimpinan Jokowi selama sepuluh tahun terakhir ini.

Baca Juga  Menetapkan Kandidat Pemimpin Jangan Hanya Berdasarkan Racikan Elektoral

Karena itu, wajar jika pengamat politik dari UI, Rocky Gerung. juga ikut mengkritisi baliho tersebut. “Sekarang kita lihat bagaimana Jokowi menyelamatkan diri, dengan dia pasang baliho di semua sudut kota itu, gambar tentang dia sendiri,” kata Rocky.

Di dalam baliho lainnya justru terpasang foto Jokowi dengan sang istri, Ibu Iriana Jokowi, Prabowo dan Gibran. Rocky mengatakan tak habis pikir lagi dengan pola pikir Jokowi, pasalnya dalam baliho tersebut tidak tercantum gambar Ma’ruf Amin selaku wapresnya.

Baca Juga  Andika Perkasa: Ganjar Sudah Penuhi Harapan Milenial dengan Turunnya Angka Kemiskinan di Jateng

Rocky Gerung menilai bahwa langkah memasang baliho ‘Terima Kasih Jokowi’ jelang lengser ini justru menunjukkan bahwa Jokowi sudah mulai ketar-ketir. “Dia cuman pasang sendiri dan disuruh supaya di pasang di tempat-tempat strategis menjelang dia lengser,” ujarnya.

“Kan itu menunjukkan dia takut sendiri, jadi ketakutan itu di billout oleh psikologi bahwa dia masih dielu-elukan,” tambah Rocky.

Rocky menegaskan bahwa kini masyarakat Indonesia sudah terlukai batinnya oleh perilaku Jokowi. Dendam seperti ini tentu tidak bisa hilang begitu saja bak tersapu angin. “Masyarakat Indonesia itu punya semacam dendam terhadap Presiden Jokowi, bukan dendam politik, tetapi dendam perilaku beliau,” kata Ricky.

Baca Juga  Politik Keumatan Harus Bergerak dari Identitas ke Keberpihakan pada Rakyat Kecil

“Membujuk rakyat itu memang agak susah, Yang diinget publik itu cuma kebohongan Jokowi,” pungkasnya. (MM)

 

Komentar