Ketua Komisi XIII DPR Willy Aditya: Aksi Ferry Irwandi Galang Dana Bencana Layak Diapresiasi Negara

Nasional35 Dilihat
banner1080x1080

JAKARTA,SumselPost.co.id – Ketua Komisi XIII Dewan Perwakilan Rakyat, Willy Aditya, menyarankan Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) memberikan penghargaan kepada aktivis-konten kreator, Ferry Irwandi. Menurut Willy, aksi Ferry dalam tanggap darurat bencana di Aceh, Sumatera Utara, dan Sumatera Barat, sangat mencerminkan nilai-nilai Pancasila.

“Mari kita menjadi bangsa yang pemaaf. Kemudian menjadi bangsa yang tidak pelit memberikan apresiasi. Salah satunya kepada Ferry Irwandi,” ujar Willy dalam forum Refleksi Tahunan 2025 BPIP yang diselenggarakan di Perpustakaan Nasional, Jakarta, Senin (15/12/2025).

Ferry, menurut politisi NasDem itu, sangat layak mendapat apresiasi atas aksinya melakukan penggalangan dana untuk tanggap darurat. Setelah itu, Ferry menyalurkan bantuan tersebut secara transparan ke para korban bencana. Aksi Ferry adalah pencerminan dari nilai Gotong Royong yang ada dalam Pancasila.

Selain Ferry, BPIP bisa memilih figur-figur yang bisa merepresentasikan nilai-nilai Pancasila dari berbagai sektor. Willy mencontohkan, polisi, tentara, bidan, dokter, guru, birokrat, aparatur sipil negara, pekerja swasta, atau aktivis.

“Tahun depan, di Refleksi 2026, kita hadirkan di sini,” kata Willy yang memimpin Komisi yang bermitra dengan BPIP tersebut.

Penghargaan-penghargaan itu, kata Willy, adalah cara BPIP memperlihatkan contoh hidup dari Pancasila itu. Dengan begitu, menurut pria kelahiran di Solok, Sumatera Barat, itu, BPIP bisa berperan sebagai katalisator untuk perubahan struktural, kultural, dan natural. Pancasila adalah pelumas untuk perubahan struktural, kultural, dan natural sekaligus.

Pancasila, kata Willy, jangan ditempatkan di tempat yang sunyi, tak terjamah. Pancasila adalah keseharian kita semua, jangan mau dijebak dalam narasi besar. Pancasila adalah hal-hal sederhana, kecil-kecil, yang ada di sekeliling kita.

“Saya lima tahun ini, berusaha mendekonstruksi itu, melakukan pendekatan induktif terhadap Pancasila. Saya punya teman, (almarhum) Franky Sahilatua, membikin “Pancasila di Rumahku”. Pancasila sebagai keseharian,” pungkas sarjana Filsafat dari Universitas Gadjah Mada itu. (MM)

Komentar