Heboh! Pasar Tradisional Tanggo Buntung Dikejutkan Ada Orang Kaya Lagi Belanja

Berita Utama873 Dilihat

Palembang Sumselpost.co.id. – Semua mata orang orang yang ada di pasar tradisional tanggo buntung melongo dan melotot khususnya emak – emak melihat ada seseorang pria yang memakai perhiasan, gelang, kalung, dan cincin berlebihan  apakah perhiasan itu asli emas atau bukan, yang jelas penampilan orang ini sangat menarik perhatian semua orang. Pria ini lewat di pasar tanggo buntung hari ini sabtu pagi (30/12/2023).

Pria tersebut lewat sambil tersenyum kepada semua orang dan dibalas oleh semua orang dengan tersenyum, ada yang tertawa, ada yang kagum dan takjub melihat laki laki tersebut.

Baca Juga  54 Personil Polres Muara Enim Naik Pangkat

Pakaiannya sederhana memakai kaos oblong warna krem, ada tulisan sukses, celana jean, dan bersandal jepit, yang menjadi pusat perhatian orang orang terutama emak – emak adalah perhiasan gelang, kalung, dan cincin yang sangat berlebihan.

Awak media Sumsel Post mencoba mengikuti laki laki tersebut, sampai di sudut pasar laki laki itu berhenti. Tanpa membuang kesempatan wartawan Sumsel Post menyapa laki laki itu,

Hallo Mas, bisa ngobrol sebentar dak” sambil tersenyum ia menjawab,”Bisa, di mana.

Baca Juga  Desa Cinta Jaya Kecamatan Pedamaran Elok Mempesona

Akhirnya media ini ngobrol di warung kopi yang ada di belakang pasar tanggo buntung,  Ia bercerita bahwa ia bukan orang kaya raya, perhiasan yang dipakainya bukan emas melainkan supping atau imitasi, sebetulnya ia pedagang perhiasan imitasi yang terbuat dari bahan supping, ia berdagang keliling di pasar pasar tradisional di palembang, oki, dan muba. Pagi ini ia ingin berjualan di pasar tanggo buntung, mau mencari lapak atau tempat yang kosong, tapi belum dapat, nampaknya semua lapak penuh semua.

Demikian ngobrol singkat dengan lelaki kaya yang memakai perhiasan kalung, gelang, dan cincin sangat berlebihan, rupanya pedagang perhiasan imitasi keliling pasar pasar tradisional di kota palembang, oki, dan muba.
(Kms. Sofyan Abdullah)

Komentar