JAKARTA, SumselPost.co.id – Sidang Indonesia– Pacific Parliamentary Partnership (IPPP) ke-2 yang digelar di Jakarta, pada Kamis (25/7/2024) lalu, lebih menekankan kerjasama di bidamg ekonomi hijau (green economic) yang berkelanjutan (sustainable), sosial.budaya, khususnya di kawasan Pasific. Negara yang tergabung adalah Indonesia, Kepulauan Cook, Samoa, Kepulauan Solomon, Tonga, Kepulauan Marshall, Mikronesia, Papua Nugini, Tuvalu, Kiribati, Republik Fiji, Australia, dan lain-lain.
“Sebanyak 18 negara yang tergabung dalam Forum IPPP sepakat untuk meningkatkan kerjasama dengan penuh kekeluargaan diantata negara – negara kepulauan di kawasan Pasiifik khususnya yang masih tertinggal dan tradisional seperti Papua Neugini, Kongo, Kepulauan Cook, Samoa, Kepulauan Solomon, Tonga, Kepulauan Marshall, Mikronesia, dan lainnya,” tegas
Putu Supadma Rudana, Wakil Ketua BKSAP DPR RI ini.
Hal itu disampaikan Putu Supadma dalam dialektika demokrasi bertema “Mencermati Hasil Sidang Ke-2 IPPP”.bersama Teuku Rezasyah (Pengamat Hubungan Internasional dari UNPAD) dan praktisi media John Andi Oktaveri, di Gedung DPR RI Senayan, Jakarta, Kamis (1/8/2024).
Lebih lanjut politisi dari Fraksi Partai Demokrat itu berharap IPPP yang masih bersifat patnership ini akan didorong menjadi sebuah organisasi (assembly), sehingga akan memiliki sekretariat jemderal, memiliki power dan positioning yang kuat ketika berhadapan dengan negara lain. “Terutama negara-negara yang coba merongrong dan mengamcam
perekonomian, keamanan, sosial politik dan budaya di kawasan Pasifik ini,” ujarnya.
Lalu, bagaimana posisi Indonesia di tengah kerjasama ekonomi negara-negara yang sudah didukung Amerika Serikat, NATO, Rusia, China yang tetgabung dalam BRICS (Brasil, Rusia, India, China dan Afrika Selatan). Terakhir Malaysia bergabung dengan BRICS tersebut. Putu Supadma menegaskan akan memperkuat IPPP dan Indonesia sebagai negara yang berdaulat justru akan menjadi kekuatan sendiri sejalan dengan politik luar negeri RI yang bebas aktif.
“Indonesia tak akan terpengaruh apalagi bergabung dengan kekuatan yang ada, tapi sebagai negara besar kita akan menyatukan semua kekuatan dunia sesuai dengan semboyan ‘Bhinneka Tunggal Ika’,” jelasnya.
Menurut Putu, Papua.Neugini, Kongo dan lainnya ingin ada investasi dari Indonesia, karena RI merupakan negara terkaya ke-20 dan PDB tertinggi, sehingga mereka ingin adanya eksistensi Indonesia. “Dimana produk-produk kita di Pasifik sangat tertinggal dibanding Tiongkok, Korea, Jepang bahkan produk Malaysia yang masuk ke Indonesia,” tambahnya.
Karena itu, Putu berharap pemerintah membantu suksesnya IPPP ini. Dimana Indonesia dan negara-negara Pasifik mengakui pentingnya diplomasi dan dialog parlemen untuk meningkatkan kerja sama ekonomi, perdagangan, dan investasi di antara negara-negara di Samudra Pasifik.
“IPPP menekankan perlunya mempromosikan hubungan sosial-budaya dan menjunjung tinggi rasa hormat terhadap kedaulatan dan integritas teritorial suatu negara, termasuk promosi pembangunan manusia dan kontak antar masyarakat,” ungkapnya.
Selain itu, IPPP mendorong promosi ekonomi biru sebagai sarana untuk mendorong pembangunan berkelanjutan dan pengentasan kemiskinan. Ini mencakup menerapkan pendekatan terpadu dan inklusif dalam pengelolaan sumber daya laut dan menyelaraskan upaya Indonesia, dengan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan ke-14.
Berdasarkan komitmen tersebut IPPP juga untuk menjaga perdamaian dan keamanan regional, membangun ketangguhan, dan membawa kesejahteraan bagi semua negara di Samudra Pasifik. Setidaknya ingin menciptakan atau meritokrasi yaitu sistem politik yang memberikan kesempatan kepada siapapun untuk memimpin berdasarkan kemampuan atau prestasi, bukan karena kekayaan atau kelas sosial, keturunan dan sebagainya.
“Jadi, anggota parlemen yang menghadiri IPPP ke-2 ini merekomendasikan IPPP akan terus menjadi platform keterlibatan regional dengan aspirasi untuk berkembang menjadi Majelis Parlemen dua tahunan,” pungkasnya.
Sememtara Jhon Andi Oktaveri yakin pada saatnya Indonesia akan menjadi leader, memimpin di kawasan Pasifik ini, meski sudah ada blok-blok kekuatan yang dipimpin Amerika Serikat, Eropa, Rusia, China, BRICS, dan lain-lain. “Hal itu, selain posisi Indonesia yang strategis dan kaya akan sumber daya alam. Baik di laut maupun darat,” ujarnya.(MM)
Komentar