JAKARTA,SumselPost.co.id –Dewan Nasional Indonesia untuk Kesejahteraan Sosial (DNIKS) minta pemerintah serius mengelola dana Rp200 triliun yang ditempatkan pada Bank Himbara, yakni BRI, Mandiri, BNI, BTN, dan BSI. Kucuran dana itu, bisa menjadi stimulus untuk mendorong penyaluran kredit ke usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) termasuk pembiayaan modal kerja di luar program Kredit Usaha Rakyat (KUR). “Dengan adanya dana yang beredar di bank, pelaku usaha mikro (UMi) dan UMKM akan memiliki lebih banyak kesempatan dan ruang untuk mendapatkan pembiayaan,” kata Ketua DNIKS, Tengku Nurliyana Habsjah Sapuan di Jakarta, Minggu (5/10/2025).
Seperti diketahui pemerintah mengucurkan dana kepada Bank BRI, Mandiri, BNI yakni masing-masing Rp 55 triliun), BTN sekitar Rp 25 triliun dan BSI sebesar Rp10 triliun.
“Dana ini bisa membuka akses pembiayaan yang lebih luas bagi UMKM, mendorong pertumbuhan ekonomi di sektor riil, serta mendukung program-program prioritas pemerintah lainnya,” ujarnya.
Oleh karena itu, Nurliyana meminta pemerintah lebih serius lagi untuk menggenjot pemberdayaan terutama usaha mikro (UMi), sehingga banyak membuka lapangan kerja. “Dengan perputaran dana yang lebih besar, diharapkan terjadi pertumbuhan ekonomi dan aktivitas bisnis yang lebih masif di masyarakat, terutama untuk UMKM,” terangnya.
Berdasarkan data lapangan, sejumlah UMKM telah berdiri usaha mikro di DNIKS, misalnya pedagang Nasi Goreng, Bubur Ayam dan terbaru Soto Ayam Kampung Lamongan “Kedai Bu Hj Liya” serta Bakso TANAMOER. Semua UMKM tersebut berjalan lancar, namun masih memerlukan perhatian dan bimbingan pemerintah, terutama kalangan perbankan. “DNIKS mendesak Bank Himbara memberikan prioritas bagi UMKM untuk mendapatkan kredit yang lebih mudah, tanpa agunan,sehingga bisa cepat berkembang,” kata Liya-sapaan akrabnya.
Liya menceritakan bahwa Soto Ayam Kampung Lamongan tersebut semuanya menggunakan bahan lokal, tidak ada bahan impor. Bahkan rasanya disesuaikan dengan lidah orang Indonesia, sehingga kenikmatannya terasa alami. “Bahan yang digunakan asli rempah-rempah dari Nusantara, dan racikan sesuai dengan takaran,” paparnya.
Dengan menggunakan bahan baku lokal, lanjut Istri Bupati Muko-Muko periode 2021-2025 itu, usaha mikro dan UMKM ini mendukung petani lokal dan membangun perekonomian desa. “Jadi bisnis Soto Ayam Kampung Lamongan ini menjaga warisan kuliner Indonesia dengan memanfaatkan resep dan bahan-bahan tradisional yang sudah ada sejak lama.”
Diakui Liya yang juga pemilik “Kedai Bu Hj Liya”, bahwa pelanggan yang datang mengaku cukup puas dengan citta rasa yang ada. “Kita mendengarkan saran-saran pelanggan yang datang setelah makan, apa saja yang perlu diperbaiki dan tingkatkan. Dari situ kita tingkatkan layanan,” jelasnya.
Keunikan Soto Ayam Kampung Lamongan “Kedai Bu Hj Liya” ini ada pada rempah “Koya dan Kuah Bening” yang gurih, sehingga perlu memastikan kualitas bahan dan proses pembuatannya untuk menjaga ciri khas kuliner ini. “Jadi di sinilah keunggulannya yang tidak dimiliki kuliner lainnya.”
Disinggung soal omzet penjualan, Liya yang juga pemilik “Kedai Bu Hj Liya” itu menambahkan bahwa keberadaan DNIKS memang lokasinya berada pada kawasan perkantoran. Sehingga mayoritas pembelinya adalah karyawan dan pegawai perkantoran. “Pelanggan dari berbagai kalangan, umumnya adalah pegawai perkantoran pemerintah dan swasta untuk Senin-Jumat,” pungkasnya. (MM)
Komentar