Deforestasi Mengkhawatirkan, Komisi XI DPR Serukan Gerakan Nusantara Menanam

Nasional38 Dilihat
banner1080x1080

JAKARTA,SumselPost.co.id – Sekretaris Jenderal Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), M. Hasanuddin Wahid atau akrab disapa Cak Udin, menyerukan Gerakan Nusantara Menanam melalui aksi nyata penanaman pohon. Titik pertama seruan tersebut ia lakukan di Titik Nol Ibu Kota Nusantara (IKN) dan akan terus digaungkan di sejumlah daerah lainnya.

Cak Udin menegaskan bahwa gerakan menanam bukan sekadar seremoni, melainkan langkah konkret untuk menjaga bumi, memperbaiki lingkungan, dan mencegah bencana, termasuk banjir bandang yang kerap menghantam berbagai daerah.

“Bencana banjir bandang seringkali dipicu oleh rusaknya lingkungan, penggundulan hutan. Karena itu, menanam pohon adalah ikhtiar paling sederhana namun dampaknya luar biasa. Lingkungan harus kita jaga dan rawat sebaik mungkin, mulai dari halaman, kampung, dan ruang hidup kita sendiri,” tegas Cak Udin, Kamis (12/12/2025).

Anggota Komisi XI DPR RI itu menambahkan bahwa menjaga bumi harus dilakukan di manapun dan oleh siapapun. Sebab deforestasi nyatanya tidak hanya terjadi di Sumatera, tapi di hampir seluruh wilayah Indonesia.

“Titik Nol IKN ini hanya simbol, dan saya berharap gerakan Nusantara Menanam terus dilakukan di berbagai daerah, bukan hanya oleh kader PKB, tetapi oleh seluruh rakyat Indonesia. Semakin banyak yang menanam, semakin kuat pertahanan alam kita,” ujarnya.

Selain sebagai simbol kebangkitan ekologi, aksi menanam ini juga menjadi ajakan terbuka kepada masyarakat untuk kembali memulihkan hubungan dengan alam. Dengan cara sederhana, menanam satu pohon, masyarakat dapat turut memperpanjang umur bumi dan mengurangi risiko bencana.

Cak Udin menegaskan bahwa PKB akan terus mendorong gerakan-gerakan ekologis yang melibatkan masyarakat luas, terutama di daerah-daerah rawan bencana.

Data terbaru menunjukkan bahwa Indonesia masih mengalami kerusakan hutan yang signifikan. Pada tahun 2024, angka deforestasi netto mencapai sekitar 175.400 hektare, yakni luas hutan yang hilang setelah dikurangi oleh upaya reforestasi jumlah ini menunjukkan bahwa Indonesia masih kehilangan tutupan hutan penting yang berfungsi sebagai penyangga iklim dan bantalan alami terhadap bencana alam seperti banjir dan longsor.

Luas hutan di Indonesia pada tahun 2024 tercatat sekitar 95,5 juta hektare, sekitar setengah dari total daratan, namun tekanan terhadap hutan masih nyata akibat kebakaran, pembukaan lahan untuk perkebunan dan pertambangan, serta kerusakan hutan sekunder yang masif.

Sementara Kementerian Kehutanan mengklaim deforestasi nasional menurun (166.450 ha per September 2025, turun 23% dari 2024), namun prediksi WALHI menyebut bisa melonjak hingga 600.000 ha, dengan kasus kebakaran hutan dan lahan mencapai 8.594 ha hingga Juni 2025 (NTT, Kalbar, Riau termasuk yang terparah).

“Angka kerusakan hutan ini bukan sekadar statistik ia berimplikasi pada semakin tingginya risiko banjir bandang dan longsor. Kita perlu menguatkan kembali kapasitas alam kita melalui penghijauan dan pelestarian hutan. Tanaman satu per satu yang kita lakukan hari ini adalah investasi lingkungan untuk masa depan Indonesia,” pungkas Cak Udin. (MM)

Postingan Terkait

Postingan Terkait

Komentar