Dari Makam Pangeran Sido Ing Rejek, Unsri Bangkitkan Semangat Guru OI Menulis Sejarah Lokal Lewat Bahan Ajar Teknologi Digital

Berita Utama119 Dilihat
banner1080x1080

Ogan Ilir, Sumselpost.co id — Di bawah rindang pepohonan kompleks makam Pangeran Sido Ing Rejek, semangat menggali sejarah kembali menyala. Tim Pendidikan Sejarah Universitas Sriwijaya (Unsri) mengajak para guru sejarah se-Kabupaten Ogan Ilir menelusuri jejak Marga Sakatiga untuk memperkaya pembelajaran berbasis sejarah lokal melalui teknologi digital.

Kegiatan bertajuk “Pembuatan Bahan Ajar History E-Magazine Berbasis Wakelet: Materi Sejarah Lokal Marga Sakatiga dan Pangeran Sido Ing Rejek” ini menjadi bagian dari Program Pengabdian Kepada Masyarakat Skema Berbasis Masyarakat Universitas Sriwijaya Tahun 2025.  Tim dipimpin oleh Dr. Dedi Irwanto dengan anggota Prof. Farida, Dr. Syafruddin Yusuf, Dr. Agustina Bidarti, dan Taofiq Kurrahman, M.Hum.

Guru Harus Jadi Peneliti Sejarah Daerahnya Sendiri 

Ketua tim, Dr. Dedi Irwanto, menjelaskan bahwa kegiatan ini bukan sekadar pelatihan di ruang kelas, tetapi juga sebuah riset lapangan yang menghubungkan guru dengan akar sejarah daerahnya.

“Kami mengajak guru untuk mengobservasi, mewawancarai narasumber lokal, mencari sumber sejarah, dan menulis kisah Marga Sakatiga yang berkaitan dengan peninggalan makam Pangeran Sido Ing Rejek,” ujarnya.  Menurutnya, guru tidak hanya menjadi pengajar tetapi juga peneliti sejarah daerah sendiri agar pembelajaran di kelas lebih hidup dan bermakna.

Sejarah Lokal: Cermin Identitas dan Kearifan Daerah.

Prof. Farida, Guru Besar Pendidikan Sejarah Unsri, menegaskan pentingnya mengajarkan sejarah yang dekat dengan kehidupan siswa.

“Sejarah lokal yang dekat dengan asal dan tempat tinggal siswa memuat pengetahuan budaya dan kearifan lokal. Melalui pembelajaran ini, siswa dapat menganalisis masalah masa lalu dan menemukan solusi masa kini berdasarkan nilai-nilai lokal,” jelasnya.  Namun, berdasarkan pengamatan tim, masih banyak guru sejarah di Ogan Ilir yang kesulitan menyusun materi sejarah lokal karena keterbatasan sumber tertulis.

Wakelet: Teknologi Digital untuk Guru Sejarah Inovatif

Ahli media digital Unsri, Dr. Agustina Bidarti, memperkenalkan platform Wakelet sebagai sarana kreatif membuat e-magazine sejarah lokal.  “Dengan Wakelet, guru dapat merancang bahan ajar interaktif yang bisa diakses melalui komputer atau ponsel. Sejarah menjadi lebih dekat dengan siswa era digital,” ujarnya.

Sementara itu, Dr. Syafruddin Yusuf yang didamping Taofiq Kurrahman, M. Hum. menambahkan bahwa kreativitas guru dalam mengembangkan bahan ajar kontekstual menjadi kunci inovasi. “Selama ini guru sejarah masih bergantung pada buku paket. Padahal, potensi sejarah lokal seperti kisah Marga Sakatiga dan Pangeran Sido Ing Rejek sangat kaya dan layak dijadikan sumber belajar menarik,” katanya.

Menyusuri Jejak Sejarah: Rumah Pasirah dan Makam Pangeran Sido Ing Rejek.

Sebagai bagian dari kegiatan lapangan, peserta diajak mengunjungi Rumah Pasirah Pangeran Syafi’i Jayadiningrat, bangunan peninggalan tahun 1923, serta makam Pangeran Sido Ing Rejek – satu-satunya Sultan Palembang yang dimakamkan di luar Kota Palembang.  Salah satu peserta sekaligus ketua MGMP Sejarah OI, Riska Pria Utama, mengungkapkan kekagumannya terhadap rumah bersejarah tersebut.

“Sayang kalau rumah ini roboh. Pemda Ogan Ilir sebaiknya menetapkannya sebagai Cagar Budaya dan menjadikannya Museum Caram Seguguk OI,” ujarnya.

Peserta lain, Tedi Suhandika, juga menuturkan rasa harunya setelah mengetahui kisah sang pangeran.  “Pangeran Sido Ing Rejek adalah satu-satunya Sultan Palembang yang dimakamkan di Ogan Ilir. Ini penting dipelajari agar siswa memahami sejarah Palembang dan Ogan Ilir secara utuh,” katanya.

Menumbuhkan Kebanggaan dan Kesadaran Sejarah.

Melalui kegiatan ini, Tim Pendidikan Sejarah Unsri berharap agar para guru dapat menumbuhkan kembali semangat menulis sejarah lokal dan memperkaya bahan ajar berbasis nilai budaya daerah dengan bantuan teknologi digital.  “Kami ingin agar pembelajaran sejarah di sekolah tidak sekadar hafalan, tetapi menjadi sarana membangun identitas, kebanggaan daerah, dan literasi sejarah digital,” tutup Dr. Dedi Irwanto.

Sedangkan para peserta kegiatan yang merupakan guru MGMP Sejarah se-OI merasakan gugahan dan manfaat dari kegiatan yang dilakukan oleh tim. Kita minta agar kegiatan seperti ini setiap tahun dilakukan oleh Universitas Sriwijaya.

“Selain menambah pengetahuan dan kesadaran sejarah daerah kami. Juga membentuk kebanggaan daerah di kalangan siswa kami. Bahkan beberapa konsep lokal seperti asal usul yang diberi tahu dalam pelatihan ini selama ini luput kami ajarkan, seperti asal kata Sakatiga, suku tiga, atau saketige yakni Penesak, Belide dan Mataram. Hal ini sangat penting untuk diajarkan ke siswa kami”, pungkas Muzzakir Riza peserta kegiatan. (Red)

 

 

 

 

Komentar