JAKARTA,SumselPost.co.id – Ketua BKSAP (Badan Kerja Sama Antar-Parlemen) DPR RI Mardani Ali Sera mengapresiasi langkah Arab Saudi dan Prancis, yang menginisiasi pertemuan di PBB untuk terwujudnya dua negara sebagai solusi (two state solution) mengakhiri perang antara Israel dan Palestina. Sebab, tidak ada jalan lain untuk mengakhiri perang selama ini kecuali terbentuknya kedua negara merdeka tersebut.
“BKSAP DPR dan Indonesia jelas mengapresiasi inisiatif Arab Saudi dan Prancis tersebut demi terwujudnya dua negata Palestina dan Israel. Tanpa two state solution perang tak akan selesai, dan karenanya Indonesia wajib mendukung two state itu,” tegas Mardani.
Hal itu disampaikan politisi dari FPKS itu dalam dialektika demokrasi yang digelar
Koordinatoriat Wartawan Parlemen (KWP) bekerja sama dengan Biro Pemberitaan DPR RI, “Peta Politik Prancis-Arab Saudi di ‘Two State Solution’, Redam Konflik Israel-Palestina” bersama anggota Komisi I DPR RI dari Fraksi Partai Demokrat Rizki Aulia Rahman Natakusumah, dan pengamat Hubungan Internasional Hikmahanto Juwana, di Gedung DPR RI Senayan Jalarta, Kamis (12/6/2025).
Rizki Aulia Rahman Natakusumah menegaskan bahwa semakin populernya upaya penyelesaian konflik Palestina-Israel melalui two-state solution membuktikan bahwa komunitas global semakin menyadari kekejian Israel terhadap warga Palestina sebagai hal yang melanggar HAM dan hukum internasional.
Rizki menyoroti perubahan sikap sejumlah negara powerful, termasuk Amerika Serikat (AS), yang mulai mengutuk tindakan Israel.
Mata dunia sudah sangat terbuka, baik negara Islam, Timur Tengah, maupun negara-negara Barat, termasuk AS. Mereka melihat kejahatan Israel sebagai tindakan keji yang harus dibawa ke ranah hukum.
Karena itu, Rizki mengapresiasi langkah Prancis dan Arab Saudi yang berkolaborasi mendorong two state solution (solusi dua negara). Menurutnya, koalisi dua kekuatan besar ini—Prancis sebagai representasi Barat dan Arab Saudi sebagai representasi Timur Tengah—menjadi simbol positif untuk perdamaian di Palestina. “Ini langkah baik. Prancis dan Arab Saudi bisa menjadi penggerak solusi konkret,” kata Ketua BURT DPR RI ini.
Rizki mengkritisi tindakan blokade Israel yang menghalangi bantuan kemanusiaan masuk ke Gaza.
“Israel mengontrol perbatasan darat, laut, bahkan menyerang kapal aktivis kemanusiaan. Karenannya, konferensi tingkat tinggi harus menghasilkan solusi praktis, bukan sekadar pernyataan,” ungkapnya.
Karena itu, Rizki berharap konferensi atau pun forum internasional lainnya tidak hanya sekadar menjadi panggung retorika saja. “Jangan hanya teriak ‘merdeka Palestina’, tapi nihil aksi praktis. Yang dibutuhkan adalah solusi nyata, seperti demiliterisasi, pembukaan akses bantuan kemanusiaan, dan penghentian blokade ilegal Israel,” ungkapnya.
Sementara itu Hikmahanto
menilai sudah hampir 55.000 warga Palestina yang dibunuh Israel, dan itu jelas merupakan genosida. Maka wajar kalau sekarang banyak negara-negara di dunia tidak mungkin lagi tidak akan mengatakan bahwa tindakan Israel itu biadab, genosida atau upaya pembersihan etnik (etnic cleansing) bahkan sudah mengarah kepada pemusnahan warga Palestina.
Meski Amerika Serikat selalu mendukung Israel dengan alasan membela diri atas serangan Hamas, kini tak bisa dilakukan lagi, sehingga negara-negara Barat seperti Perancis dan Inggris melakukan pembelaan terhadap Palestina atas nama kemanusiaan dan menolak genosida tersebut.
Katena itu, langkah Presiden Macron dan Saudi ini perlu diapresiasi bahwa yang terbaik adalah two state solution. “Karena itu kita tegas bahwa Indonesia membela rakyat Palestina untuk mendapatkan hak atas tanahnya dan kemerdekaannya. Bukan membela Hamas,” pungkasnya. (MM)
Komentar