Belajar dari Tragedi Al Khoziny Sidoarjo, Komisi VIII DPR Dorong Pemerintah Hadir dalam Pembangunan Pesantren

Nasional308 Dilihat
banner1080x1080

JAKARTA,SumselPost.co.id – Anggota Komisi VIII DPR RI, Maman Imanulhaq menyampaikan keprihatinan dan duka mendalam atas tragedi runtuhnya bangunan musala di Pondok Pesantren Al Khoziny, Buduran-Sidoarjo, Jawa Timur, yang menelan korban jiwa. Maman pun mendorong penyelamatan semua korban dan memberi pendampingan kepada korban hingga sembuh, termasuk kepada orang tua yang anaknya wafat akibat peristiwa ini.

Maman Imanulhaq menyampaikan belasungkawa kepada keluarga korban serta seluruh civitas pesantren yang terdampak musibah ini. “Semoga Allah memberikan ketabahan dan kesabaran bagi keluarga korban serta civitas pesantren. Juga mengampuni yang wafat, dan memberi kesembuhan bagi yang terluka,” tegas Maman Imanulhaq, Kamis (2/10/2025).

Seperti diberitakan, kejadian ambruknya bangunan musala itu bermula sejak Senin (29/9) pagi hari ketika proses pengecoran lantai empat pondok pesantren dilakukan. Saat pelaksanaan salat Ashar berjamaah pada pukul 15.00 WIB, tiang pondasi diduga tidak mampu menahan beban pengecoran, sehingga bangunan runtuh hingga ke lantai dasar.

Proses Evakuasi

Proses evakuasi korban hingga Kamis (2/10/2025) terdapat 7 orang yang terdeteksi berada di sektor A2. Sektor tersebut, diakuinya berada di lantai dasar dan terhimpit sebuah balok besar. Ketujuh orang itu, diakuinya tidak dapat dievakuasi jika struktur tersebut tidak diangkat atau dipindahkan. Posisi mereka di bawah himpitan balok besar. Tidak bisa dievakuasi kalau tidak struktur atas ini diangkat.

Dan, hingga Kamis (2/10) siang, BNPB mencatat total 108 korban telah ditemukan. Dari jumlah tersebut, 103 orang selamat dan tengah menjalani perawatan di rumah sakit, sementara 5 lainnya dinyatakan meninggal dunia, dan 13 korban masih dirawat di RSUD Notopuro Sidoarjo.

Dari 13 pasien, 2 di antaranya sedang dilakukan operasi. Keduanya adalah Wahyudi yang menjalani operasi tulang selangka, dan Syaifur Rosi Abdillah yang menjalani operasi kaki. Dari 13 korban itu terdiri dari 5 orang yang baru dievakuasi pada Rabu (1/10) dan sisanya yakni 8 orang merupakan pasien yang memang masih dirawat sejak beberapa hari lalu.

“Angka itu sangat memprihatinkan. Kita berharap proses evakuasi bisa berlangsung cepat dan semua korban segera ditemukan,” ungkap Maman.

Menurut Basarnas, ambruknya bangunan musala Ponpes Al Khoziny dipicu karena kegagalan struktur bangunan. Berdasarkan asesmen dari ahli, gedung yang roboh itu terdiri atas tiga lantai plus satu lantai atap cor. Bangunan yang ambruk tersebut membentuk tumpukan yang dikenal dengan sebutan ‘pancake model’.

Terkait hal ini, Maman menegaskan keselamatan siswa dan santri harus menjadi prioritas utama dalam pembangunan lembaga pendidikan, terlebih pondok pesantren.

“Tidak boleh ada kompromi terhadap standar konstruksi dan pengawasan teknis. Nyawa para santri dan pekerja tidak bisa dipertaruhkan,” tegas pengasuh Ponpes Al Mizan Jatiwangi, Majalengka, Jawa Barat itu.

Menurut pria yang akrab disapa Kiai Maman tersebut, ambruknya bangunan saat pengecoran lantai empat tersebut merupakan tanggung jawab bersama. Dalam hal ini termasuk Pemerintah pusat dan Pemerintah Daerah (Pemda).

“Pemerintah pusat khususnya Kementerian Agama, harus bisa mendata ponpes-ponpes yang memerlukan tambahan infrastruktur, termasuk bangunan. Misalnya Asrama. Kalau kapasitasnya sudah berlebihan, menjadi tugas Pemerintah untuk memfasilitasi pembangunan,” papar Kiai Maman.

Sementara itu untuk Pemda, Kiai Maman mengingatkan agar memberikan pendampingan dan bantuan saat proses pembangunan di Ponpes dilakukan guna memastikan konstruksi bangunan sudah sesuai dengan standar keamanan.

“Karena saya sering menemukan, karena santrinya bertambah, Ponpes melakukan pembangunan mandiri yang akhirnya ala kadarnya. Seperti tiang pancang yang tidak sesuai untuk bangunan bertingkat, konstruksi tangga yang tidak sesuai standar, dan sebagainya,” ungkap Legislator dari Dapil Jawa Barat IX itu.

Belajar dari insiden memilukan di Sidoarjo ini, Kiai Maman pun mendorong Pemerintah untuk hadir dalam setiap pembangunan pondok pesantren (Ponpes). Ia mendesak Pemerintah untuk ikut andil dalam setiap proses pembangunan di Ponpes, baik sebagai fasilitator, pengawasan, maupun bantuan-bantuan teknis yang dibutuhkan.

“Saya.kira pembangunan di Ponpes menjadi tanggung jawab bersama. Tanggung jawab pengasuh maupun manajemen Ponpes, Pemerintah, dan tentunya juga masyarakat,” tutur Kiai Maman.

“Karena Ponpes telah banyak berkontribusi untuk bangsa. Dari Pesantren banyak lahir sumber daya manusia (SDM) unggul yang tidak hanya kuat dari sisi agama, tapi juga berbagai kualitas dan kemampuan lain,” tambahnya.

Lebih lanjut, Kiai Maman mengingatkan kepada seluruh pengelola pesantren di Indonesia untuk lebih memperhatikan aspek keselamatan fisik bangunan. Ia mewanti-wanti agar pembangunan pesantren jangan hanya berfokus pada aspek akademik atau dakwah. “Infrastruktur yang aman dan layak menjadi syarat mutlak bagi keberlangsungan pesantren,” kata Kiai Maman.

Anggota Komisi Agama dan Sosial DPR itu pun berharap musibah ini menjadi pelajaran berharga semua pihak agar kejadian serupa tidak terulang lagi di masa depan. Menurut Maman, Negara tidak boleh abai dalam pemenuhan infrastruktur fasilitas pendidikan, termasuk pendidikan yang berbasis agama.

“Tragedi ini harus menjadi momentum untuk memperkuat standar keselamatan di semua lembaga pendidikan, baik satuan pendidikan umum, maupun satuan pendidikan agama seperti Pesantren,” jelasnya.

“Kita tidak bisa membiarkan pesantren berjalan sendiri, sudah menjadi kewajiban Negara untuk hadir, khususnya Pemerintah. Dan kami di DPR tentunya akan memberikan dukungan sesuai fungsi dan kewenangan kami, terutama dalam sisi regulasi, penganggaran, dan pengawasan,” pungkas Kiai Maman. (MM)

Komentar