JAKARTA,SumselPost.co.id — Sutradara sekaligus jurnalis senior Rizal Siregar kembali mencuri perhatian publik lewat karya terbarunya, “Menuju Bintang (Tayub)”, sebuah tayangan digital di YouTube yang menyoroti kehidupan sosial dengan pendekatan seni peran yang jujur dan reflektif.
Tayangan yang dirilis pada Oktober 2025 ini menandai langkah Rizal dalam menjembatani dunia film konvensional dengan industri hiburan digital. Ia menyebut Menuju Bintang sebagai bentuk adaptasi terhadap perubahan zaman, sekaligus ruang bagi aktor yang memiliki dedikasi tinggi terhadap seni peran..“Pemain-pemain ini kita pilih karena mereka punya loyalitas terhadap seni peran itu sendiri,” ujar Rizal di Jakarta, Minggu (12/10/2025).
“Karena platform-nya YouTube, sistem pembayarannya juga berbasis hasil — tergantung dari jumlah penonton dan subscriber. Jadi, mereka dibayar sesuai capaian karya, bukan kontrak tetap.”
Sketsa Kehidupan dan Kritik Sosial
Menuju Bintang (Tayub) menghadirkan tiga episode perdana berjudul “Engagement Investor”, “Investor dan Tiga Wanita”, dan “Tiga Dara Ditipu Calo.”
Ketiganya mengangkat realitas sosial dengan balutan drama ringan dan sentuhan komedi situasional.
Rizal yang sempat menjadi wartawan Majalah Film selama 17 tahun ini menjelaskan, bahwa tayangan berdurasi sekitar 15 menit per episode ini tidak mengusung struktur film panjang, melainkan potongan-potongan kehidupan yang sarat makna.
“Film dan tayangan digital itu berbeda. Film punya alur utuh, sedangkan tayangan seperti ini lebih spontan, berisi potongan kehidupan — lucu, menyentuh, kadang juga menyindir,” ungkap Rizal yang juga dikenal sebagai penulis novel Kabut Tanah Tembakau.
Menurutnya, spontanitas dan kejujuran menjadi kunci utama dalam proses produksi. “Kalau film konvensional punya naskah dan struktur dramatik, di YouTube semuanya diuji langsung oleh penonton. Jadi improvisasi dan kejujuran akting justru jadi daya tariknya,” jelasnya.
Nama Rizal Siregar sudah dikenal luas di dunia perfilman Indonesia sejak era 1990-an. Berdasarkan data Indonesian Film Center (IFC), Rizal pernah terlibat dalam sejumlah film populer seperti Ranjang Pemikat (1993), Gaun Merah (1994), dan Godaan Cinta (1994) dan sempat menjadi pemeran utama dalam sinteron TVRI “Kepalang Mandi BiarlahBasah.”
Ia juga berkontribusi dalam film Leak (2015) sutradara Achel Nasrun yang menyoroti budaya mistik Bali.
Selain di dunia film, Rizal merupakan wartawan senior Pos Kota Jakarta dan aktif dalam pendokumentasian seniman daerah, khususnya di Medan. Dalam wawancara dengan Sumut Pos, Rizal mengaku terpanggil untuk merekam jejak seniman lokal agar tidak hilang dari sejarah.
“Banyak seniman di daerah yang tidak tercatat dalam arsip. Kami ingin mendokumentasikan mereka agar tetap dikenang,” ujarnya.
Karya yang Humanis dan Dekat dengan Penonton
Lewat Menuju Bintang (Tayub), Rizal ingin menampilkan sisi lain dunia hiburan: kehidupan nyata para pelaku seni. Ia menilai, cerita keseharian masyarakat justru menyimpan kekuatan besar untuk diangkat menjadi tontonan bermakna.
“Cerita kehidupan itu tidak akan pernah habis,” tutur Rizal.
“Kita bisa bikin seratus, dua ratus, bahkan seribu episode, karena setiap hari ada kisah baru di sekitar kita. Artis juga manusia, punya tetangga, sahabat, dan keluarga — dari sanalah ide-ide itu tumbuh.”
Dengan latar belakang panjang di dunia perfilman dan jurnalisme, Rizal Siregar berusaha menjaga nilai-nilai seni peran agar tetap relevan di tengah derasnya arus digitalisasi hiburan.
“Yang penting, kita terus berkarya dan memberikan tontonan yang bermakna bagi masyarakat,” pungkas Rizal, yang juga dikenal lewat karya monolognya Pisang Terakhir yang di penetasaan di Teater Kecil Taman Ismail Marzuki (TIM) Jakarta ini..
Melalui Menuju Bintang (Tayub), Rizal bukan hanya memperkenalkan format baru dalam dunia hiburan digital, tetapi juga menegaskan perannya sebagai penjaga seni dan nurani di tengah perubahan zaman.
“Dalam tayangan ini aktor kawaan sekelas Soultan Saladin bisa berlagak dengan pemain baru. Dalam tayangan ini diharapkan pemainnya akan menjadi bintang,” pungkasnya. (MM)





















Komentar