Sumselpost.co.id. Palembang,Viralnya video di berbagai platform dan berita tentang peristiwa pemukulan dokter muda koas bernama Luthfi, Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya (Unsri Palembang) mengundang berbagai reaksi dan komentar dari masyarakat. Salah satu komentar datang dari Yan Coga selaku Ketua Aktivis Rakyat Bawah yang menyoroti adanya ketidakadilan setelah peristiwa itu terjadi.
Yan Coga, yang didampingi Mukri As sebagai Juru Bicaranya dalam siaran pers mengatakan kepada wartawan bahwa dirinya menilai jika peristiwa pemukulan Dokter Koas beberapa hari yang lalu di dalam salah satu cafe di Kota Palembang telah berdampak tidak adil bagi saudari LD dan keluarganya. LD yang merupakan rekan korban merasa mendapat perlakuan yang tidak baik dan tidak adil dari banyak pihak.
Perlakuan tidak adil itu datang dari para netizen yang membully dirinya. Perlakuan tidak adil datang juga dari berbagai media yang tidak berimbang serta adanya skorsing dari pihak Rektorat terhadap saudari LD, kata Yan Coga pada Kamis (19/12/24).
Yan Coga menjelaskan, kejadian pemukulan terhadap dokter koas di Palembang itu sebenarnya dipicu oleh ketidak sukaan pelaku DT terhadap sikap atau gestur dari dokter muda koas bernama Luthfi terhadap ibu LD yang dianggap tidak merespon pengajuan perubahan jadwal piket jaga dokter koas di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Siti Fatimah, Palembang.
“Sebelum kejadian, LD yang mengetahui bahwa dirinya mendapatkan jadwal piket lalu menceritakan hal itu kepada ibunya berinisial SM. Lalu tanpa sepengetahuan LD, ibunya mengatur pertemuan dengan Luthfi untuk membahas jadwal piket tersebut yang awalnya di RSUD Siti Fatimah tetapi berpindah tempat di salah satu Cafe. Setelah mereka bertemu, ternyata tidak menghasilkan apa-apa. DT yang tak lain adalah supir ibunya LD merasa kesal melihat sikap atau gestur dari Luthfi seperti memberikan respon yang buruk dan tidak menghargai maksud dari ibu LD, lalu secara spontan melakukan pemukulan terhadap korban Luthfi,” jelas Yan Coga.
Atas kejadian itu, pelaku sudah ditetapkan sebagai tersangka dan bertanggung jawab lewat menyerahkan diri ke pihak yang berwajib, imbuhnya.
Yan Coga menuturkan bahwa DT melakukan pemukulan terhadap Luthfi itu terjadi secara spontan dan itu tanpa diperintah LD maupun ibunya. Apa yang dilakukan oleh DT itu diibaratkan adalah semacam perlindungan atau pembelaan terhadap apa yang dianggap itu sebuah ancaman verbal kepada majikannya. Karena DT telah lama bekerja sebagai sopir pribadi keluarganya LD.
“Tidak ada intimidasi dari LD maupun ibunya kepada Luthfi terhadap permintaan perubahan jadwal piket. Saat peristiwa pemukulan, LD tidak berada di tempat kejadian perkara, LD juga tidak mengetahui kalau ada pertemuan antara Luthfi dan ibunya dan pertemuan itu bukan atas perintah LD tetapi melainkan inisiatif ibunya saja,” terang Yan Coga.
Lebih lanjut Yan Coga menjelaskan bahwa atas kejadian itu LD dan keluarganya merasa diperlakukan tidak adil. Ada banyak hujatan di media sosial, ada banyak berita yang tidak berimbang, ada juga pembulian yang diterima oleh LD dan keluarganya. Bahkan LD sempat dikeluarkan dari Fakultas Kedokteran walaupun akhirnya hanya mendapatkan skorsing selama 3 bulan dari pihak Unsri. Yang mana semua itu bisa menimbulkan efek buruk atau gangguan psikologis terhadap LD dan keluarganya karena disebabkan oleh hal-hal yang sudah dipelintir sedemikian rupa.
“LD dan keluarganya terlihat diperlakukan tidak adil akibat peristiwa itu. Kini kondisi LD yang mendapat banyak hujatan di medsos mengalami trauma. Trauma psikis ini lebih berbahaya dari pada memar-memar akibat dipukul karena jika jiwa yang terganggu maka penyembuhannya membutuhkan waktu yang lama dibandingkan hanya luka memar yang akan hilang dalam hitungan minggu atau bulan saja. Inilah yang sekarang dialami oleh LD dan keluarganya,” imbuhnya.
Selain itu, berdasarkan informasi yang kami dapat, diduga kuat peristiwa itu terindikasi memang sengaja dibuat heboh dan diduga juga ada oknum yang mencoba memanfaatkan situasi dan kondisi untuk mencari keuntungan dari LD dan keluarganya, ungkap Yan Coga.
Selain itu, Mukri As selaku Juru Bicara Aktivis Rakyat bawah juga turut memberikan komentarnya terkait rencana pemberhentian atau mengeluarkan LD dari Fakultas Kedokteran namun akhirnya hanya diberikan sanksi skorsing saja selama 3 bulan oleh pihak Unsri. Mukri As menilai pemberian skorsing kepada LD itu terkesan tidak adil. Pihak Unsri seharusnya tidak gegabah dalam memberikan putusan.
“Saya heran, atas peristiwa viral itu, kok bisa Unsri yang awalnya ingin memberhentikan LD dari Fakultas Kedokteran kini hanya memberikan skorsing 3 bulan saja. Yang menjadi tanda tanya itu, atas dasar apa pihak Unsri mengeluarkan putusan. Apakah yang telah dilakukan oleh LD itu bisa berakibat fatal terhadap Unsri. Padahal LD sendiri saat peristiwa terjadi tidak berada di lokasi kejadian, LD juga tidak pernah menyuruh bahkan tidak mengetahui adanya pertemuan antara ibunya dan Luthfi. Inikan aneh,” ujar Mukri As.
Kita berharap kepada semua pihak khususnya kepada mereka yang sudah membully, menghujat dan mendiskreditkan LD dan keluarganya untuk tidak lagi melakukan itu. Cobalah menjadi netizen yang baik, netizen yang bisa melihat peristiwa dari berbagai sudut. Kita jangan hanya melihat perlakuan yang diterima oleh korban saja tetapi lihat juga bagaimana kondisi LD, itu baru namanya adil, imbuhnya.
“Kepada pihak Kepolisian, kita mendukung proses hukum terhadap pelaku. Dan kepada pihak kampus cobalah untuk bersikap adil karena apa yang sudah dialami dan diterima oleh LD itu merupakan pukulan yang sangat menohok dan mempengaruhi psikologisnya,” tutupnya.( Rilis)
Komentar