JAKARTA,SumselPost.co.id – Anggota Komisi X DPR RI, La Tinro La Tunrung, mengungkapkan bahwa terdapat sekitar 440 ribu peninggalan bersejarah dan artefak budaya di wilayah Tana Toraja dan Toraja Utara, Sulawesi Selatan. Namun, dari jumlah tersebut, baru sekitar 5 persen atau 25 ribu yang tercatat secara resmi sebagai cagar budaya.
Hal itu disampaikan La Tinro saat melakukan kunjungan kerja Panitia Kerja (Panja) Pelestarian Cagar Budaya Komisi X DPR RI ke Tana Toraja dan Toraja Utara, dalam rangka meninjau langsung kondisi pelestarian warisan budaya di daerah tersebut.
“Kami menemukan bahwa dari sekitar 440 ribu peninggalan sejarah, baru 5 persen yang terdaftar. Ini sangat ironis, sehingga perlu ada langkah cepat untuk memperbaiki sistem pencatatan dan perlindungan,” ujar La Tinro saat mengunjungi Cagar Budaya Ke’te Kesu’ di Toraja Utara, Sulawesi Selatan, Kamis (13/11/2025).
Menurutnya, hasil temuan ini memperlihatkan perlunya revisi terhadap Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2010 tentang Pelestarian Cagar Budaya agar pelestarian warisan budaya dapat dilakukan lebih optimal dan terkoordinasi.
“Kami melihat perlu adanya kolaborasi antara pemerintah pusat, pemerintah daerah, tokoh adat, pemangku kebijakan, serta kalangan universitas agar pelestarian budaya bisa berjalan dengan baik,” jelasnya.
Dalam kesempatan itu, Legislator Dapil Sulawesi Selatan III ini juga menyoroti potensi budaya Toraja yang luar biasa, baik benda maupun tak benda, seperti tarian pa’gellu dan kawasan cagar budaya Kete Kesu yang telah terdaftar di Kementerian Kebudayaan. Ia berharap kawasan tersebut dapat diusulkan kembali ke UNESCO sebagai warisan dunia.
“Beberapa kali sudah kami ajukan ke UNESCO, namun masih ada kendala. Kami sudah berkoordinasi dengan Dirjen Pelindungan Kebudayaan dan Tradisi agar pengusulan kembali bisa segera dilakukan,” tambahnya.
Selain soal pelestarian budaya, iapun juga menyoroti penurunan jumlah wisatawan di Tana Toraja pascapandemi Covid-19. Sebelum pandemi, jumlah kunjungan wisatawan mencapai sekitar 50 ribu orang per tahun, namun menurun drastis menjadi sekitar 3 ribu wisatawan setelah pandemi.
“Walau kini jumlah wisatawan mulai meningkat, kenaikannya belum signifikan. Ini bisa jadi karena kurangnya promosi atau kendala lain yang perlu segera dicari solusinya,” ujarnya.
Politisi Fraksi P-Gerindra tersebut juga berharap pengembangan sektor pariwisata budaya dapat menjadi penggerak utama ekonomi masyarakat Toraja, mengingat sektor wisata merupakan andalan utama daerah tersebut.
“Kami akan terus berkoordinasi dengan pemerintah daerah agar sektor wisata dan budaya bisa berkembang dan memberikan dampak ekonomi positif bagi masyarakat,” pungkas8nya. (MM)





















Komentar