Komisi X DPR Minta Sekolah Perkuat Pendidikan Karakter Usai Ledakan di SMAN 72

Nasional58 Dilihat
banner1080x1080

PONTIANAK,SumselPost.co.id – Wakil Ketua Komisi X DPR RI MY Esti Wijayanti, menyoroti serius insiden ledakan bom rakitan di SMAN 72 Kelapa Gading, Jakarta Utara, yang dilakukan oleh seorang siswa di bawah umur. Esti menilai kejadian ini menjadi alarm penting bagi sekolah dan para pendidik untuk memperkuat pendidikan karakter sekaligus memastikan tersedianya ruang aman bagi anak-anak, khususnya mereka yang rentan menjadi korban perundungan.

“Karena anak-anak itu punya kekhususan yang memang harus diperhatikan oleh para guru. Di samping katanya informasinya juga keluarganya broken home. Dari kasus ini, kalau melihat dari kasus bullying-nya, maka memang sekolah-sekolah perlu sekali untuk selalu menyelipkan hal-hal berkaitan dengan bagaimana interaksi sosial dengan kawan-kawannya,” tegas Esti di sela-sela Kunjungan Kerja Bidang Pendidikan Komisi X DPR di Pontianak, Kalimantan Barat, Rabu (19/11/2025).

Esti menjelaskan bahwa pendidikan adab dan etika dasar harus menjadi bagian dari keseharian di sekolah, bukan hanya sekadar wacana atau materi tambahan. “Bagaimana berinteraksi antara anak yang satu dengan anak yang lain. Bagaimana diajarkan adab untuk tidak menghina. Bagaimana diajarkan adab untuk berkata-kata yang baik,” tuturnya.

Ia mengingatkan kembali nilai-nilai sederhana yang dulu diajarkan di sekolah, seperti sikap sopan terhadap guru atau kebiasaan menjaga kebersihan lingkungan belajar. Menurutnya, praktik-praktik itu bukan sesuatu yang kuno, melainkan pondasi pembentukan karakter. “Dulu kita bisa melihat bagaimana orang lewat di depan guru itu sudah permisi, pak bu membawakan tas dan yang lain. Itu sesuatu yang kuno orang melihat. Tapi itu penting,” ujarnya.

Esti menyontohkan negara lain yang terus menanamkan etika dasar dalam kehidupan publik, bahkan sekadar mengucapkan terima kasih kepada pengendara yang berhenti di zebra cross. Nilai-nilai tersebut, katanya, sangat mudah diajarkan mulai dari satuan pendidikan usia dini hingga pendidikan dasar.

“Tidak perlu ada tambahan mata kuliah, tetapi kita ajarkan di sekolah dalam keseharian. Bagaimana ketika bapak ibu guru datang, selamat pagi bapak ibu,” ungkapnya.

Politisi Fraksi PDI-Perjuangan itu menambahkan bahwa pendidikan karakter tidak hanya menjadi tanggung jawab guru, melainkan juga orang tua. Persepsi sebagian orang tua bahwa anak tidak perlu dilibatkan dalam tugas kebersihan sekolah dinilai keliru. “Karena kadang orang tua bilang, anakku saya sekolahkan di situ karena aku tidak ingin, bukan berarti anakku boleh ikut membersihkan toilet. Tidak. Ini sesuatu yang memang harus diajarkan,” katanya.

Esti menekankan bahwa kemandirian, etika, dan moral Pancasila perlu ditanamkan sejak dini agar generasi muda tumbuh sebagai pribadi yang tangguh dan berkarakter. “Mengapa tidak kemudian kita ajarkan ke anak kita supaya lebih bisa mandiri? Melalui pendidikan karakter. Melalui pendidikan bagaimana bersikap, beretika dan bermoral Pancasila, untuk mengatakan bahwa kita melahirkan anak-anak yang berpendidikan Pancasila,” pungkasnya. (MM)

Komentar