JAKARTA,SumselPost.co.id – Ekonom senior, Fuad Bawazier, menilai Muhammadiyah memiliki kekuatan ekonomi yang sangat besar, terutama lewat jaringan rumah sakit, sekolah, dan amal usaha lainnya. Jika Muhammadiyah lebih terbuka melakukan terobosan-terobosan dalam pengelolaan aset-asetnya, bukan mustahil terjadi lompatan yang luar biasa.
“Saya melihat Muhammadiyah ini punya aset yang luar biasa, tapi kurang terorganisir dengan optimal,” tegas Fuad dalam acara Soft Launching Forum Bisnis Executive TV Muhammadiyah yang digelar di Gedung PP Muhammadiyah, Jakarta Pusat, Jumat (26/9/2025) lalu.
Ia menambahkan, tidak salah jika Muhammadiyah mengembangkan sektor bisnisnya secara profesional, tidak berarti yang bersangkutan “mencari hidup” di organisasi, tapi justru dengan menggerakkan ekonomi Muhammadiyah akan memiliki manfaat lebih besar bagi umat. “Memiliki bisnis justru untuk menyelamatkan Muhammadiyah,” ujarnya.
Hal itu menurut Fuad, menepis pandangan miring warga Muhammadiyah, dalam mengelola bisnis diklaim sebagai mencari hidup di organisasi. Padahal, justru dengan menggerakkan ekonomi, akan menyelamatkan organisasi dari kemungkinan mendapatkan sumber-sumber pembiayaan yang tidak jelas.
Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Hariyadi B. Sukamdani mempunyai pandangan yang tidak berbeda. Dengan potensi sumber daya manusia yang dimiliki, menurutnya, Muhammadiyah bisa memperluas kiprahnya ke sektor-sektor yang masih bergantung pada impor. “Semua yang terkait dengan impor harus dilakukan investasi di dalam negeri. untuk mengurangi secara ekstrem kebutuhan dari impor, kata Hariyadi.
Sektor pangan, seperti perkebunan dan peternakan adalah peluang yang bisa digarap oleh Muhammadiyah. Karena saat ini Indonesia masih mendatangkan sejumlah komoditas pangan dari luar negeri, di antaranya, jagung, kerbau, dan sapi. Selain itu, dia mendorong Muhammadiyah untuk menjadikan sektor perikanan sebagai sektor yang memiliki kekuatan untuk memenuhi kebutuhan pangan masyarakat Indonesia.
Ketua PHRI Haryadi mengatakan, tidak menutup kemungkinan PHRI dan Muhammadiyah dapat bekerja sama untuk mendorong perekonomian nasional. Dengan begitu kontribusi Muhammadiyah semakin besar terhadap pembangunan ekonomi bangsa. “Saya yakin Muhammadiyah bisa memberikan kontribusi lebih besar bagi pembangunan ekonomi kita,” tambahnya.
Sementara itu, Zaenul Ula menjelaskan, Forum Bisnis Executive TV-Muhammadiyah digagas bukan tidak ada kaitan dengan visi dan kebijakan pengembangan potensi-bisnis Persyarikatan, justru hal ini dimaksudkan untuk menjadi locomotif perubahan. “Mengawal pergerakan ekonomi Persyarikatan untuk kemajuan ekonomi bangsa,” kata Direktur CEDeS itu.
Menurut Zaenul, nama program Forum Bisnis TV-Muhammadiyah ini adalah “Cakrawala Sosial Coorporate Muhammadiyah”. Hal ini sejalan dengan kebijakan nasional Pimpinan Pusat Muhammadiyah, untuk memastikan terjadinya transformasi sosial-coorporate di lingkungan Persyarikatan.
Zaenul Ula mengatakan, Forum Bisnis Executive dilaksanakan secara periodik melalui Televisi Muhammadiyah. Bahkan, katanya, PP Muhammadiyah mendorong adanya “desk-ekonomi” untuk mendongkrak pergerakan ekonomi Muhammadiyah di sektor bisnis.
Sejumlah ekonom dan pelaku bisnis sudah memberikan dukungan, kesediannya untuk mengawal Forum Bisnis Executive TV-Muhammadiyah ini, untuk menjadi narasumber, antara lain: Prof. Didik J. Rachbini, Ph.D. – Ekonom Senior INDEF/Rektor Universitas Paramadina, Prof. Dr. Didin S. Damanhuri – Ekonom senior IPB/Dewan Pakar Ikatan Ahli Ekonomi Islam-IAEI, Prof. Dr. dr. Fachmi Idris, M.Kes – Ekonom Muhammadiyah, Dr. Fuad Bawazier – Ekonom Senior, Haryadi B. Sukamdani – Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) – M. Arsjad Rasyid – Ketua Dewan Pertimbangan KADIN, Dr. Mukhaer Pakkana – Ekonom Muhammadiyah, Fahira Idris, SE, MH – Praktisi Bisnis/Senator DPD RI, dan tokoh atau praktisi bisnis lainnya. (MM)
Komentar